Pages

Monday 13 February 2012

Sajak-sajak Faisal Syahreza Kompas



MENGARAK KUDA KOSONG

ia menduga, jalan yang akan dilawatinya sekarang
adalah belantara dengan derap kaki tanpa ladam.
kukuh-kukunya mengenang  gemerisik daun semak-belukar
di mana tubuh tegapnya, sempurna dibidik-pandang.
masih jauh dari hasrat cambuk sais, liar sendiri
tanpa tangan juru mudi, penjinak-paksa pitarah mereka.

dari Cikarupan, setelah kuyup dimandikan di gigir makam
ia menemu kembali tubuh pulas-halus hitam kecoklatan.
yang perkasa bersatu-padan bila menyaru di padang rumputan.
di mana kala itu, ia masih pemikat betina, sang jantan pesona.

remuk-redamlah impian, sesaat ketika tangan penakluknya
mendesak dirinya ke arah hujan, deretan pertokoan
memintas arah angin, lantas mematahkan anak panah langit.
jadi gerimis mengalir ke liang selokan.
jadi halimun mengepung ke lekuk tubuh.
surainya kehilangan cahaya, pelana hampa tanpa doa.

tak dapat dibedakan, air mata tumpahkah atau mata air
yang menjirus dari sepasang matanya.
kesedihan atau sekadar murah-amarahkah
ringkik leluhur yang wibawa nan gagah itu.

2011


MUSIM ADU CUPANG BIRU

ia sebenarnya terlahir sebagai biru api
penyendiri di antara rawa sepi.
menanti sang betina, tergoda sekadar
menjagal berahi diri.

sungguh ia tak pernah sampai akur
meski dengan galib bayang terpantul.
sebab kembang insang,
juga sirip cagak rajam-tajamnya
sangkur siaga, siap memekak-mekar
penanda awas pada penantangnya.

ia gemar berdiam di dasar, sesaat sebelum
menyambar cacing, nyamuk bahkan musuh
suguhan penuh gairah dambaannya.

gigi-gigi tajam di nganga mulutnya
hanyalah nafsu yang redam juga
setelah melesat mencabik ridip lawannya.

ia tak segan mencium maut dengan sungut
tersulut kesumat yang tak pernah
menemu paut pada ujung bibirnya.

tapi jubahnya yang robek
penuh rabuk, perih tak bergetih
sehabis puas mengasah marwah.
kelak akan menemu pulih juga
serupa ampuh yang diasuh
azimat paling mujarab.

2011

0 comments:

Post a Comment