Pages

Friday, 30 December 2011

Sajak-sajak Gin Rahadian

TAK LAGI MEMBERI TUBUH

Bersepakatlah dengan yang tersisa di udara
Jika tanah tak lagi memberi asal tubuh
Langit merunduk, namamu terbentuk...

Pada angka-angka almanak
Sebelum berhenti di kliwon ke-3
Ritual yang tak usai, pada kutuk penyihir
Kekal dalam lolongan panjang serigala
Airmataku diperas menjadi luka

Bersepakatlah, o, yang tersisa di udara
Jika tak ada lagi yang memberi tanah merah
Langit pasrah, Amalliah, kau kini berdarah!

Tak mudah melupakan pipih wajahmu
Malam-malam kita tak pernah sama
Saat menenggak anggur, usia seakan gugur

Di sini kenangan mudah retak, bersamamu
Pada angka-angka almanak, sebelum kliwon
Bersepakatlah dengan yang tersisa di udara!

Kutemukan lagi luka-luka sisa kutukan penyihir
Bercak darah di altar persembahan yang mengering
Dibiarkan udara dan lalat-lalat yang menjilat

Mata maut, mengakar lapar

Harus ke mana kualirkan ingatanku
Selain pipih wajahmu, bumiku tanpa atap
Kenangan terlanjur retak, setelah bersamamu
Aku tak pernah menemui pipih lain
Hanya tangisan atau surat selembar kemboja
Yang tak pernah sampai di pusaranmu

Tanah, tanah tak lagi memberi tubuh

2009-2011


GERIMIS ITU, LUKA

          - Kepada Garcia Lorca

Semenjana
Langit hitam
Semestinya hujan
Dan hasrat pergi
Ke jauh maghrib

Leluasalah sunyi
Merancang tanah
Bagi kenangan
Bagi kepulangan

Jangan lucuti
Gerimis itu, luka
Menyepuh matamu
Dan hasrat pergi
Langit hitam, lucuti!

2010-2011

0 comments:

Post a Comment