Pages

Tuesday 3 January 2012

Apresiasi, Bentuk dan Penghargaan

Apresiasi, Bentuk dan Penghargaan
Oleh: Usman Nurdiansyah

Apresiasi sebagai bentuk kontribusi mencintai karya sastra atau turunan sebuah karya sastra sehingga kita bisa merasakan secara langsung dan tidak langsung, mengekpresikan dan menciptakan ruang kreatif. Istilah apresiasi berasal dari bahasa Latin Apreciatio yang berarti 'mengindahkan' atau 'menghargai'. Sedangkan menurut Effendi (Aminuddin, 2002) mengemukakan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra.
Apresiasi bukan hanya ditunjukan lewat performa atau bersifat pertunjukan yang hanya bisa dilihat, didengarkan dan dirasakan, hal tersebut merupakan kegiatan apresiasi secara langsung, usaha itu harus dilakukan secara terus-menerus supaya kita bisa lebih peka dalam rangka mengapresiasikan. Membaca, menelaah, mengkaji, mengkritik teks, diskusi sastra, baik puisi, cerpen, esai atau novel sudah merupakan bagian dari apresiasi secara tidak langsung. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa cipta karya.
Sejalan dengan cara yang dilakukan dalam mengapresiasikan maka yang dibutuhkan seorang apresiator diantaranya; 1) sekurang-kurangnya mempunyai wawasan tentang sastra, 2) kreatif dalam membangun apresiasi baik secara spontan atau pun dikonsep sebelumnya, 3) berani mengambil keputusan, 4) percaya diri, jangan memikirkan hal gagal atau sukses.
Di sisi  lain apresiasi melibatkan beberapa aspek seperti yang dikatakan Squire dan Taba diantaranya; Aspek kognitif berkaitan dengan keterlibatan intelek pembaca dalam upaya memahami unsur-unsur kesastraan yang bersifat objektif. Unsur-unsur kesastraan yang bersifat objektif tersebut, selain dapat berhubungan dengan unsur-unsur yang secara internal terkandung dalam suatu teks sastra atau unsur intrinsik, juga dapat berkaitan dengan unsur-unsur di luar teks yang secara langsung menunjang kehadiran teks sastra itu sendiri. Aspek emotif berkaitan dengan keterlibatan unsur emosi pembaca dalam upaya menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang dibaca. Selain itu, unsur emosi juga sangat berperan dalam upaya memahami unsur-unsur unsur yang bersifat subjektif. Unsur subjektif itu dapat berupa bahasa paparan yang mengandung makna atau bersifat konotatif-interpretatif serta dapat pula berupa unsur-unsur signifikan tertentu, misalnya penampilan tokoh dan seting yang bersifat metafora. Aspek evaluatif  berhubungan dengan kegiatan memberikan penilaian terhadap baik-buruk, indah tidak indah, sesuai-tidak sesuai serta sejumlah ragam penilaian lain yang tidak harus hadir dalam sebuah karya kritik, tetapi secara personal cukup dimiliki oleh pembaca. Dengan kata lain, keterlibatan unsur penilaian dalam hal ini masih bersifat umum sehingga setiap apresiator yang telah mampu merespon teks sastra yang dibaca sampai pada tahapan pemahaman dan penghayatan, sekaligus juga mampu melaksanakan penilaian.
Kegiatan menikmati sastra seringkali diistilahkan dengan 'menggauli' sastra. Kegiatan menggauli sastra dapat berupa kegiatan yang bersifat reseptif dan dapat pula berupa kegiatan yang bersifat kreatif. Menggauli sastra secara reseptif adalah menikmati hal-hal yang berkaitan dengan bentuk-bentuk sastra (puisi-prosa-drama), misalnya memperhatikan/mendengarkan deklamasi/baca puisi, menonton pementasan drama, membaca pemahaman (dalam hati) cerita atau puisi. Sedangkan menggauli sastra secara kreatif kegiatan yang mengharapkan adanya penciptaan bentuk-bentuk sastra secara lisan atau tertulis, misalnya menulis cerpen atau puisi, membaca puisi, mendeklamasikan puisi, mementaskan drama.
Kegiatan menggauli sastra secara reseptif berkaitan erat dengan kegiatan menggauli sastra secara kreatif dalam mengantar seseorang menjadi "sastrawan". Dengan banyak menggauli sastra secara reseptif merupakan tangga awal untuk dapat menjelajah pergaulan sastra lebih tinggi tingkatannya. Dengan banyak membaca karya sastra orang lain akan membentuk suatu pemahaman utuh yang berujung pada terbentuknya gaya pribadi kreatif yang berbeda dengan orang lain (Khalik, 2007).
Kegiatan membaca karya puisi merupakan suatu apresiasi yang lazim bagi penikmat sastra, yaitu membacakan sebuah teks sastra dengan melakukan pendekatan-pendekatan melalui berbagai cara, dari mulai membacakan lewat perasaan sehingga si pembaca menjiwai teks tersebut, mengkaji unsur intrinsik-ektrinsik, sampai mendeklamasikan di depan audience. Sebenarnya dalam baca puisi tidaklah teoritis, melainkan lebih kepada secara teknis dan praktik.
Baca puisi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: pembacaan langsung dan tidak langsung. Pembacaan puisi secara langung yaitu membacakan lewat lomba baca puisi, di mana pembacaan tersebut dinilai langsung oleh juri. Sedangkan pembacaan puisi tidak langsung, yaitu pembacaan yang dilakukan dengan menggabungkan baca puisi lewat apresiasi lain dan sebagai pelengkap. Misal, pada pementasan drama, demontrasi yang biasanya puisi-puisi bertemakan sindiran kepada pejabat tinggi, membacakan puisi sambil diiringi musik atau yang lebih dikenal dengan musikalisasi puisi. Membahas musikalisasi puisi. Siapa yang tidak mengenal antologi puisi Hujan Bulan Juni dan Hujan dalam Komposisi yang dikompilasikan dalam album musikalisasi puisi "Gadis Kecil", Bimbo dengan sajak-sajak Taufiq Ismail, Ari K Pin, Deavis Sanggar Matahari, Mukti-mukti, El-Madrigal. Sampai sekarang musikalisasi puisi sudah berdiri Komunitas-komunitas Musikalisasi Indonesia (KOMPI) di DATI I/II yang sudah tidak bisa dihitung karya-karya musikalisasinya. Apresiasi dalam bentuk musikalisasi puisi ini tidak lepas dari puisi sebagai objek. Musikalisasi adalah suatu proses menggabungkan puisi ke dalam musik sehingga menciptakan nada, melodi, irama nyanyian. Ada beberapa jenis musikalisasi diantaran: 1) puisi yang utuh menjadi lagu, 2) puisi yang dibacakan dan diiringi musik, 3) menggabungkan antara puisi yang dinyanyikan dan puisi yang dibacakan, 4) menghilangkan puisi dan memunculkan unsur musik sebagai medianya. Berikutnya salah satu apresiasi sastra adalah dramatisasi. Karya apresiasi sastra drama ini memiliki keunikan dari apresiasi sastra lainnya, seperti puisi dan prosa atau pun cerita rakyat dan sebagainya. Keunikan genre sastra ialah genre sastra yang bisa dinikmati secara konkret atau dengan kata lain dapat dilihat secara fisik (dipertontonkan).
Pencapaian estetik implementasi drama ialah dipertontonkannya karya tersebut. Artinya, karya sastra ini diawali dari tulisan, kemudian diceritakan melalui penggunaan medium seni yang disebut dengan panggung. Cerita drama yang sudah dipanggungkan disebut dengan teater. Oleh karena itu, perbincangan drama kerap dikaitkan dengan teater.
Dalam mengapresiasi sastra, banyak manfaat yang dapat diperoleh, di antaranya adalah menambah pengetahuan seseorang tentang kosakata dalam suatu bahasa, tentang pola kehidupan suatu masyarakat. Terdapat dua manfaat yang digunakan dalam apresiasi sastra, yakni manfaat umum dan manfaat khusus.
Manfaat secara umum seperti telah diketahui, masyarakat peminat atau pembaca sastra sangat beragam. Adanya keragaman itu lebih lanjut juga menyebabkan timbulnya keragaman dalam kegiatan apresiasinya. Bila dalam butir ini diungkapkan manfaat secara umum, sebenarnya yang dimaksud adalah manfaat membaca sastra yang diperoleh oleh pembaca pada umumnya lewat generalisasi
Bila anda mengamati kehidupan sehari-hari, sering kali kita lihat ada seseorang yang dengan asyik membaca cerita sambil menunggu kereta atau bus yang tak kunjung tiba, sebagai penyangga kantuk sewaktu harus berjaga, sebagai pengantar tidur, atau mungkin sebagai pengisi kegiatan daripada tidak ada yang harus dikerjakan.
Sehubungan dengan kompleksitas yang terkandung dalam suatu cipta sastra, Olsen mengungkapkan bahwa cipta sastra sedikitnya akan mengandung tiga elemen yang oleh Olsen istilahkan dengan 1) aesthetic properties, yang berhubungan dengan unsur-unsur intrinsik maupun media pemaparan suatu cipta sastra, 2) aesthetic dimension, berhubungan dengan dimensi keindahan yang dikandung oleh suatu cipta sastra, 3) aesthetic object, berhubungan dengan kemampuan cipta sastra untuk dijadikan objek kegiatan manusia dengan keanekaragaman tujuan yang ingin dicapainya.
Sedangkan manfaat khusus uraian tentang manfaat umum di atas yang dinikmati oleh masyarakat umum, yang bertujuan untuk hiburan semata, juga mengandung manfaat khusus dari pembaca khusus. Adanya manfaat khusus tersebut bertujuan untuk pencapaian tujuan-tujuan tertentu.
Seorang pembaca sastra, kegiatan bacanya dilatarbelakangi tujuan-tujuan mendapatkan berbagai macam nilai kehidupan. Dalam hal ini, manfaat membaca sastra antara lain 1) memberikan informasi yang berhubungan dengan pemerolehan nilai-nilai kehidupan, dan 2) memperkaya pandangan atau wawasan sebagai salah satu unsur yang berhubungan dengan pemberian arti maupun peningkatan nilai kehidupan manusia itu sendiri.
Sebagai kreasi manusia yang diangkat dari realitas kehidupan juga mampu menjadi wakil dari zamannya. Sastra pada dasarnya merupakan kegiatan kebudayaan maupun peradaban dari setiap situasi, masa atau pun zaman saat sastra itu dihasilkan. Sehingga tercipta hubungan timbal balik antara perekam dan pemapar sosiokultural yang bermanfaat untuk 3) pembaca dapat memperoleh dan memahami nilai-nilai budaya dari setiap zaman yang melahirkan cipta sastra itu sendiri, 4) dan mengembangkan sikap kritis pembaca dalam mengamati perkembangan zamannya sejalan dengan kedudukan sastra itu sendiri.
Sapardi Djoko damono mengungkapkan bahwa dalam situasi tersebut, masyarakat mendekati karya sastra dari dua arah, yakni sastra sebagai suatu kekuatan atau faktor material yang istimewa dan 2) sastra sebagai tradisi, yakni kecenderungan-kecenderungan spiritual maupun kultural yang bersifat kolektif.
Dari semua uraian di atas yang sudah dijelaskan tentang definisi dan bentuk apresiasi sastra, maka akan berdampak kepada ketertarikan lain yang bisa dilakukan oleh suatu komunitas, lembaga, kampus dan lain-lain untuk menghargai sebagai wujud atau bentuk penghargaan kepada apresiator-apresiator. Penghargaan sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu penghargaan yang bersifat umum dan penghargaan khusus. Penghargaaan umum yaitu bentuk penghargaan yang tidak dilambangkan atau disimbolkan. Sedangkan penghargan khusus adalah bentuk penghargaan yang bertujuan untuk mengenang karya-karya seorang penyair dan biasanya disimbolkan atau dilambangkan sesuai dengan karakter atau julukan si penyair. Misal pada lomba baca puisi piala Rendra yang diselanggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI. Piala yang terbuat dari kuningan seberat kurang lebih 5kg berbentuk burung merak sebagai simbol WS Rendra. Baca puisi piala Taufiq Ismail begitu juga dalam event apresasi sastra lainnya.

0 comments:

Post a Comment