METODE KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN SASTRA
Chanting, Esai
Posted by PuJa on January 14, 2012
Penggunaan Model Jigsaw pada Kelas Pengantar Ilmu sastra
Rida Wahyuningrum
http://www.kompasiana.com/wahyuningrum
A. Pendahuluan
Pembelajaran sastra diharapkan dapat membentuk manusia memiliki budi pekerti yang luhur serta iman dan taqwa selain tujuan-tujuan lainnya seperti pemeliharaan rasa estetika, jiwa sosial, karakter, dan akhirnya memanusiakan manusia. Untuk itulah pembelajaran sastra memerlukan pendekatan yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran seperti tersebut.
Pada umumnya proses pembelajaran lebih banyak bertumpu pada proses menghafal informasi yang disajikan sang guru. Tentu saja ukuran keberhasilan pembelajaran adalah sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran. Dengan kata lain apakah siswa dapat mengungkapkan kembali apa yang telah dipelajarinya. Tidak heran kalau proses pembelajaran ini tidak memperhatikan hakikat pelajaran yang disajikan. Dengan demikian perlulah kiranya sebuah pendekatan dalam pembelajaran yang lebih menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Salah satu strategi pembelajaran yang lebih menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Sanjaya, 2006:239). Dalam model pembelajaran ini terdapat empat unsur penting yaitu adanya peserta dalam kelompok, aturan kelompok, upaya belajar setiap anggota kelompok, dan tujuan yang harus dicapai.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang populer adalah Jigsaw. Model jigsaw bercirikan pembagian kelas dalam beberapa kelompok yang biasanya masing-masing terdiri dari enam anggota. Tiap kelompok atau tim bertanggung jawab pada penguasaan sebuah materi yang ditugaskan dan berkewajiban untuk mengajarkan bagian materi penguasaan tersebut kepada anggota timnya.
Sebagaimana dengan pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal, model Jigsaw merupakan salah satu bentuk inovasi dalam memperbaiki kualitas proses belajar mengajar yang bertujuan membantu peserta didik agar bisa belajar mandiri dan kretaif sehingga mereka dapat memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang dapat menunjang terbentuknya kepribadian mandiri.
Penulisan ini mencoba memaparkan serangkaian langkah-langkah pembelajaran sastra, yaitu analisis puisi secara struktural dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Sastra (Introduction to Literature) di jurusan pendidikan bahasa Inggris Universitas Wijaya Kusuma Surabaya dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif model Jigsaw.
Mata kuliah Pengantar Ilmu Sastra (Introduction to Literature) diajarkan pada semester genap, yaitu pada semester ke-4. Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib tempuh bagi mahasiswa dengan bobot 2 sks. Dengan kode IKG-415, mata kuliah ini memiliki tujuan pembelajaran agar mahasiswa memahami karya-karya sastra dalam bahasa Inggris berupa prosa, puisi, dan drama. Merujuk pada pencapaian kompetensi mahasiswa terhadap mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu membahas dan menganalisis karya sastra berbahasa Inggris berdasar pada teori sastra.
Jigsaw dipandang cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran sastra, terutama pada pengenalan dan analisis unsur-unsur puisi. Mahasiswa dapat mengkonstruk pengetahuannya akan unsur-unsur puisi melalui model pembelajaran ini. Seperti yang dikatakan Arronson[1] bahwa jigsaw dapat meningkatkan kemampuan akademik dan menjadikan siswa lebih percaya diri.
Untuk itu, di bawah ini akan dikemukakan rumusan masalah, tujuan dan manfaat tulisan ini, teori pembelajaran kooperatif, dan langkah-langkah pembelajaran sastra dengan menggunakan Jigsaw.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah penerapan model Jigsaw pada pembelajaran puisi pada mata kuliah Pengantar Ilmu Sastra (Introduction to Literature)?
C. Tujuan
Tujuan penulisan adalah untuk mendeskripsikan penerapan model Jigsaw pada pembelajaran puisi (mengenai unsur-unsur puisi) pada mata kuliah Pengantar Ilmu Sastra (Introduction to Literature).
D. Manfaat
Tulisan ini diharapkan memberikan manfaat langsung maupun tidak langsung. Secara teori, tulisan ini akan bermanfaat sebagai titik tolak penelitian-penelitian di bidang pembelajaran dan pengajaran sastra, terutama dalam bidang puisi. Secara praktis, tulisan ini diharapkan manfaatnya sebagai acuan meningkatkan kualitas pembelajaran sastra di kelas EFL.
E. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Sanjaya, 2006:239).
Dalam model pembelajaran ini terdapat empat unsur penting yaitu (1) adanya peserta dalam kelompok, (2) adanya aturan kelompok, (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai.
Pada prinsipnya, pembelajaran kooperatif[2] dibangun oleh tiga struktur penting, yaitu (1) struktur tugas, (2) struktur penghargaan, dan (3) struktur tujuan. Struktur tugas mengacu pada pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan oleh guru yang mendorong siswa untuk melakukan tugas. Struktur penghargaan mengacu pada proses diskusi hasil analisis siswa terhadap struktur tugas dimana guru melakukan tindakan apresiasi (rewarding). Pada akhirnya, struktur tujuan merujuk pada hasil diskusi yang di-cross-check-kan dengan tujuan pembelajaran pada awalnya. Dengan kata lain, apabila banyak aitem yang terjawab maka tujuan pembelajaran tercapai. Bagan di bawah ini menggambarkan prinsip pembelajaran kooperatif pada sebuah contoh kelas sastra.
Metode Pembelajaran kooperatif ini sangat dianjurkan karena dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus meningkatkan kemampuan sosial dan dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan ketrampilan (lihat Sanjaya, 2006:242).
Adapun karakteristik dari metode pembelajaran ini adalah (1) pembelajaran secara tim, (2) didasarkan pada manajemen kooperatif, (3) kemauan bekerjasama, dan (4) ketrampilan bekerjasama. Pembelajaran secara tim berarti tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu semua anggota tim (kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.
Manajemen kooperatif mempunyai empat fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Demikian pula halnya dalam pembelajaran kooperatif. Perencanaan yang matang diperlukan agar proses pembelajaran berjalan secara efektif, misalnya tujuan apa yang harus dicapai. Kedua, perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok karena pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok. Ketiga, pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Akhirnya, dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun nontes.
Kemauan bekerja sama, pada gilirannya, harus dimiliki oleh setiap anggota kelompok, misalnya yang pintar perlu membantu yang kurang pintar, dan seterusnya. Disamping itu, ketrampilan bekerjasama juga sangat diperlukan. Siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Mereka perlu dibantu untuk mengatasi berbagai hambatan, misalnya dalam menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi kepada keberhasilan kelompok.
Dengan demikian secara rinci dapat dinyatakan prinsip-prinsip pada pembelajaran kooperatif yang meliputi (1) ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) Interaksi tatap muka, dan (4) partisipasi dan komunikasi.
Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence) berarti keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat bergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Kedua, tanggung jawab perseorangan (individual accountability) merupakan konsekuensi dari prinsip sebelumnya. Jadi setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Ketiga, prinsip interaksi tatap muka (face-to-face interaction) akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerjasama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing. Keempat, parisipasi dan komunikasi (participation and communication) menjadikan siswa lebih mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara.
Adapun prosedur umum dalam pembelajaran kooperatif mencakup langkah-langkah (1) penjelasan materi, (2) belajar dalam tim, (3) penilaian, dan (4) pengakuan tim. Tahap penjelasan materi diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok. Guru dapat menggunakan metode ceramah, curah pendapat, atau Tanya jawab, bahkan bisa dengan demonstrasi. Disamping itu, guru juga dapat menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses penyampaian dapat lebih menarik siswa.
Langkah berikutnya adalah belajar dalam kelompok, yaitu siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. Dalam kerja kelompok tersebut, siswa didorong untuk melakukan tukar-menukar (sharing) informasi dan pendapat, mendiskusikan permasalahan secara bersama, membandingkan jawaban mereka, dan mengoreksi hal-hal yang kurang tepat.
Setelah itu, langkah penilaian diambil dengan tes atau nontes. Tes atau kuis dilakukan secara individual sedangkan nontes dapat secara individual mapun berkelompok, hasil analisis dalam bentuk tulisan individu atau kelompok.
Akhirnya, pengakuan tim (team recognition) dilakukan dengan memberikan penghargaan kepada tim atau kelompok yang paling berprestasi. Pengakuan tim tidak selalu dengan memberikan hadiah, tetapi juga bisa dalam bentuk ucapan, pujian, atau tulisan yang menyemangati, dengan tujuan agar lebih membangkitkan motivasi siswa.
Ada beberapa keunggulan dari metode pembelajaran kooperatif. Pertama, metode ini dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. Kedua, dengan belajar berkelompok seperti ini siswa dapat mengembangkan kemampuan menngungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. Akhirnya, metode ini dapat membantu anak respek pada orang lain, menyadari keterbatasan serta menerima segala perbedaan. Sayangnya, metode ini juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu butuh waktu lama, sulit melakukan penilaian, dan sulit pula mengontrol siswa.
Menurut Arends (2001:323), pembelajaran kooperatif dibagi menjadi beberapa model strategi kreatif, yaitu (1) Think-pair-Share (TPS), yang memiliki prosedur ditetapkan secara eksplisit memberikan waktu lebih banyak kepada siswa untuk memikirkan secara mendalam tentang apa yang telah dijelaskan atau dialami dengan langkah-langkah berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain, (2) Group Investigation, yang melibatkan kelompok kecil di mana siswa bekerja menggunakan inkuiri, perencanaan proyek, dan diskusi kelompok, dan kemudian mempresentasikan penemuan mereka kepada kelas, (3) Students Teams Achievement Division (STAD), yang terdiri dari tim heterogen yang saling membantu satu sama lain dan belajar dengan prosedur kuis, dan (4) Jigsaw, dimana setiap anggota tim bertanggungjawab untuk menyelesaikan materi pembelajaran yang ditugaskan kepadanya, kemudian mengajarkan materi tersebut kepada teman sekelompoknya yang lain.
Dari sekian macam strategi kreatif atau model pembelajaran metode kooperatif, tampaknya Jigsaw dipandang lebih mengarah ke kerja kelompok itu sesungguhnya dengan teknik belajar mandiri dan penemuan yang dilakukan oleh sebuah tim.
F. Apa itu Jigsaw?
Metode pengajaran dengan Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya. Ada dua macam Jigsaw, yaitu Jigsaw Orisinal dan Jigsaw II. Jigsaw II dinilai lebih praktis dan mudah (Slavin, 2008:237). Oleh karena itu paparan ini menggunakan penerapan metode Jigsaw II dengan beberapa modifikasi yang disesuaikan.
Menurut Arends (2001:323), model jigsaw bercirikan pembagian kelas dalam beberapa kelompok yang biasanya masing-masing terdiri dari enam anggota. Tiap kelompok atau tim bertanggung jawab pada penguasaan sebuah materi yang ditugaskan dan berkewajiban untuk mengajarkan bagian materi penguasaan tersebut kepada anggota timnya.
Dengan menggunakan jigsaw, mahasiswa akan memperoleh manfaat dari berbagai tujuan pembelajaran mulai dari tujuan kognitif (academic achievement), tujuan sosial/bermasyarakat (group work and cooperation), dan rasa saling ketergantungan (interdependence). Tentu saja kelompok atau tim yang akan dibentuk setidaknya memenuhi persyaratan tim yang baik, yaitu mempertimbangkan aspek gender, etnis, suku, dan kemampuan (pandai, rata-rata, dan lamban).
Menurut Arronson (2009), secara umum langkah-langkah pembelajaran model Jigsaw adalah sebagai berikut:
1. Pembagian kelas ke dalam kelompok-kelompok (masing-masing beranggotakan 5-6 orang).
2. Penunjukkan ketua kelompok dari masing-masing kelompok yang telah terbentuk untuk menjadi kelompok ahli (expert group)
3. Pemberian tugas yang berbeda (learning task) dari sebuah materi ajar kepada masing-masing kelompok.
4. Penjelasan ringkas mengenai tugas kepada masing-masing kelompok.
5. Kelompok-kelompok diberi waktu untuk mempelajari tugas-tugas yang diberikan.
6. Penjelasan khusus kepada kelompok ahli mengenai materi yang ditugaskan.
7. Kelompok ahli berpencar menuju ke kelompok asal masing-masing.
8. Masing-masing anggota dari kelompok ahli berusaha memberi pendapat yang sifatnya memotivasi dan mengarahkan kelompoknya menjawab soal-soal yang diberikan dalam tugas kelompok sambil berlatih untuk tampilan kelompok nanti.
9. Dosen berjalan berkeliling memastikan proses diskusi kelompok berjalan lancar.
10. Penampilan masing-masing kelompok dengan hasil diskusi kelompoknya masing-masing.
11. Penyimpulan hasil diskusi kelompok menjadi hasil diskusi kelas.
12. Penilaian (authentic assessment) dilakukan baik dalam bentuk on-going process evaluation atau kuis untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai.
G. Langkah-Langlah Pembelajaran Sastra dengan Model Jigsaw
Mengajarkan analisis puisi dengan model pembelajaran Jigsaw melalui tiga tahapan utama, yaitu tahap persiapan, tahap presentasi dan tahap penilaian.
Tahap persiapan dinilai penting karena perencanaan yang baik sangat diperlukan bagi seorang dosen sebelum ia benar-benar terjun dalam kegiatan mengajar yang sesungguhnya. Finnochiario (1964:43) menyatakan bahwa persiapan adalah salah satu kegiatan penting yang harus dipertimbangkan oleh pengajar karena persiapan yang baik akan membawanya ke dalam keberhasilan meraih tujuan pembelajaran yang direncanakan.
Tahap presentasi adalah di mana dosen menyiapkan segala hal dengan cermat dan tepat dalam mempresentasikan materi pengajaran. Arends (2001:339) menggambarkan betapa pentingnya arti sebuah presentasi yang bagus oleh seorang pengajar. Hal ini akan memotivasi kelompok siswa berpartsipasi dalam kelompoknya.
Akhirnya, tahap penilaian diperlukan untuk mengukur pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi ajar serta memberi umpan balik yang bersifat korektif (Arends, 2001:339).
1. Tahap Persiapan (Preparation Stage)
a. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Sesuai dengan apa yang disebutkan dalam manajemen kooperatif, perumusan tujuan pembelajaran sangat penting dalam sebuah fungsi perencanaan agar proses pembelajaran berjalan secara efektif.
Tujuan pembelajaran dari kelas ini merujuk pada indikator pembelajaran, yaitu penjabaran dari standar kompetensi dan kompetensi dasar dari mata kuliah Introduction to Literature. Adapun tujuan pembelajarannya adalah sebagai berikut:
Jadi tujuan diterapkannya model pembelajaran kooperatif ini adalah untuk melihat kemampuan mahasiswa membuat analisis terhadap karya sastra (prosa, puisi dan drama) berdasar pada teori sastra tertentu. Secara lebih terperinci, tujuan pembelajaran kelas sastra ini adalah (1) mengenali unsur-unsur puisi dan (2) menganalisis unsur-unsur tersebut pada sebuah puisi berdasar pada teori sastra struktural.
b. Materi Pembelajaran
Pada saat memilih materi penting untuk dipertimbangkan materi yang benar-benar sesuai dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam hal ini materi yang diperlukan adalah materi yang mencakup unsur-unsur topik pembelajaran, fokus pada bahasa yang dipelajari, dan unsur sastra (Nunan, 1991:209).
Adapun langkah-langkah dalam pemilihan materi adalah sebagai berikut:
1) Memilih puisi yang sesuai dengan pencapaian tujuan pembelajaran dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Sastra (Introduction to Literature), yaitu mahasiswa dapat mengenali dan menyebutkan unsur-unsur pembangun puisi. Adapun puisi yang dipilih adalah puisi karya penyair Amerika Robert Frost yang berjudul “Stopping by Woods on a Snowy Evening”.
Stopping by Woods on a Snowy Evening
Whose woods these are I think I know.
His house is in the village, though;
He will not see me stopping here
To watch his woods fill up with snow.
My little horse must think it queer
To stop without a farmhouse near
Between the woods and frozen lake
The darkest evening of the year.
He gives his harness bells a shake
To ask if there is some mistake.
The only other sound’s the sweep
Of easy wind and downy flake.
The woods are lovely, dark, and deep,
But I have promises to keep,
And miles to go before I sleep,
And miles to go before I sleep.
2) Membagi beberapa topik yang berbeda mengenai puisi yang dipilih. Topik-topik bahasan itu adalah sebagai berikut:
a) Ulasan cerita tentang puisi
b) Tema
c) Simbol-simbol
d) Meter, Rhythm, dan Rhyme
e) Metafora
3) Menyiapkan sekelompok pertanyaan dan kerangka bahasan bagi kelompok ahli. Adapun pertanyaannya adalah sebagai berikut:
a) Ulasan cerita tentang puisi
Line 1 – 4
(1) In what season do you think it is?
(2) Where is the setting?
(3) Does the wood belong to someone? If it does, is the owner of the woods presented? Will he protest if the speaker trespasses?
Line 5 – 8
(1) Why does the speaker stop?
(2) Do you think the speaker can “understand” what his horse might “think”?
(3) Does he stop because he admires the beauty of the woods?
(4) Does he find any farmhouses there?
(5) Where do you think the speaker’s position at the moment?
(6) How is the situation when he stops at the place?
Line 9 – 12
(1) What does the speaker’s horse do?
(2) Why do you think the horse might do that?
(3) What does the speaker hear?
(4) When you hear the same thing the speaker does, how can you feel about the situation at the time?
Line 13 – 14
(1) Is the speaker attracted by the beauty of the woods?
(2) How does the speaker describe the woods?
(3) Do you think he is tempted to go farther into the woods?
(4) Does the speaker go into the woods? Why? Or Why not?
Line 15 – 16
(1) Does the speaker choose continuing his journey or staying at wonders of the beauty of the woods?
b) Tema
(1) Does the poem tell you about beauty’s nature?
(2) Does the poem give you an idea about the obligation of man?
(3) Do you agree that we see two different location/setting presented in the poem the woods and village (farmhouses)?
(4) Do you agree that the man with his horse is being caught between the two different locations? Explain?
(5) Do you agree that the man is drawn to the beauty and allure of the woods but has obligations which draw him away from the nature and back to society and the world of men? Explain.
(6) Do you agree that the man is faced with a choice of whether to give in to the allure of nature or remain in the realm of society? Explain.
c) Simbol-simbol
(1) Do you agree that ‘the woods’ represent nature or wilderness which is always in contrast with ‘village’ and ‘farmhouses’ that represent civilization? Explain.
(2) Do you agree that ‘horse’ is a symbol for ‘the reminder’ towards the speaker? Explain.
(3) What do you think ‘sleep’ might represent? Give reasons.
d) Meter, Rhythm, dan Rhyme
(1) Do you know How many stanzas is the poem composed of?
(2) Rubaiyat stanza? If yes, explain.
(3) Does this poem apply the Rubaiyat stanza?
(4) What tetrameter is being applied in this poem?
(5) How many syllables does each line of the poem contain?
(6) How can you figure it out?
(7) What rhyme scheme does this poem have?
(8) How can you identify the rhyme scheme?
e) Metafora
(1) Do you agree that the poet is trying to compare two different worlds (wilderness, which is represented by ‘woods’ and civilization, which is represented by ‘village/farmhouses’ in this poem? Explain.
(2) Do you agree that the man (the speaker) with his horse is being caught between wilderness and civilization? Explain?
(3) Do you agree that the man is drawn to the beauty and allure of the woods but has obligations which draw him away from nature and back to society and the world of men? Explain.
(4) Do you agree that the man is faced with a choice of whether to give in to the allure of nature or remain in the realm of society? Explain.
(5) What do you think about the interpretation of line 15 – 16?
4) Menyiapkan sekelompok pertanyaan bagi masing-masing kelompok.
a) Kelompok 1
Perintah: Discussing with the members of your group, make a summary of the poem by doing the following instructions:
(1) Divide the poem into five parts as follows:
(a) Line 1 – 4
(b) Line 5 – 8
(c) Line 9 – 12
(d) Line 13 – 14
(e) Line 15 – 16
(2) From each division of the poem, write a summary that describes the part.
b) Kelompok 2
Perintah: Discussing with the members of your group, find the theme of the poem by answering the following questions.
(1) What is being explored in the poem? The man, the horse, or the nature?
(2) What is the relationship between the man and the nature?
(3) What is the theme in this poem?
c) Kelompok 3
Perintah: Discussing with the members of your group, find the symbols used in the poem by answering the following questions.
(1) What do you think about some objects that are being used as symbols in this poem?
(2) What might the object represent?
d) Kelompok 4
Perintah: Discussing with the members of your group, find the meter, rhythm, and rhymes in the poem by answering the following questions.
(1) What type of stanza is applied in the poem?
(2) What tetrameter is being applied?
(3) Find and figure out the number of syllable each line has.
(4) Identify the rhyme scheme.
e) Kelompok 5
Perintah: Discussing with the members of your group, try to see whether there’s a kind of metaphor applied in the poem by answering the following questions.
(1) What is being compared in the poem?
(2) In your opinion, what can be represented by nature and village/farmhouses?
(3) Why does the speaker says: “But I have promises to keep”
(4) What does “And miles to go before I sleep” mean?
a. Pembentukan Kelompok Jigsaw
Pembentukan kelompok Jigsaw dilakukan dengan membagi kelas menjadi 5 kelompok (sesuai topik pembahasan yang telah disiapkan). Dosen melabeli kelompok mahasiswa dengan label kelompok A (poem summary group), kelompok B (theme group), Kelompok C (symbols group), kelompok D (meter, rhythm, and rhyme group), dan kelompok E (metaphor group). Komposisi kelompok sebaiknya terdiri dari anggota yang sifatnya heterogen, berkisar pada kemampuan yang beragam (pandai, menengah, dan kurang pandai). Juga harus diperhitungkan masalah etnis, gender, dll., untuk pembentukan kelompok ini agar setiap anggota kelompok dapat berinteraksi sosial dan bekerjasama dalam kelompok dengan baik.
Setelah itu dosen memilih salah satu dari anggota masing-masing kelompok untuk dijadikan ketua. Sang ketua inilah yang nantinya akan menjadi anggota kelompok ahli (expert group) yang akan mendiskusikan topik pembahasan yang sudah disiapkan oleh dosen. Tujuannya adalah agar mereka akan dapat membantu teman-temannya di dalam kelompok masing-masing.
Adapun gambaran dari pembentukan kelompok Jigsaw dan alur kerjanya adalah sebagai berikut:
c. Tahap Presentasi (Presentation Stage)
Dalam tahap presentasi, setelah membagikan teks yang berisikan puisi dan sekelompok pertanyaan yang berbeda, dosen melakukan pengarahan kepada mahasiswa mengenai apa yang harus mereka lakukan. Langkah berikutnya dosen melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran untuk mengenalkan elemen-elemen puisi dalam analisis pada sebuah puisi berjudul Stopping by Woods on a Snowy Evening karya Robert Frost. Di sinilah dosen dituntut untuk membuat kelas menarik dengan arahannya agar tidak terkesan kaku dan statis agar kelas sastra menjadi lebih menyenangkan.
Pertama, dosen membacakan puisi Robert Frost Stopping by Woods on a Snowy Evening di depan kelas, memberikan model pembacaan puisi. Mahasiswa mendengarkannya dengan sepenuh hati. Ketika sedang membacakan, dosen menggunakan visualisasi agar apa yang dibaca membawa efek makna dan efek keindahan. Visualisasi pembacaan puisi tersebut dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas atau media yang tersedia di kelas, misalnya sorotan dari LCD proyektor yang menampilkan beberapa gambar. Gambar-gambar tersebut mewakili kata-kata yang ada dalam puisi Robert Frost tentang keindahan alam pada waktu musim dingin yang beku yang ditangkap oleh seseorang yang menunggangi kuda ketika terhenti dari sebuah perjalanannya. Gambar-gambar tersebut juga berfungsi sebagai media pemahaman kosa kata yang dikemas sedemikian rupa agar mahasiswa dapat menghubungkan kata-kata yang dipilih dalam puisi dengan sebuah makna atau suatu cerita yang dibawa oleh puisi tersebut.
Kedua, dosen memerintahkan kepada mahasiswa untuk duduk bersama kelompoknya masing-masing untuk mulai membahas tugas-tugas (learning task) yang sudah disiapkan dan diberikan oleh dosen. Setelah itu, mahasiswa berdiskusi dengan anggota kelompok untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam teks sembari mencermati kembali puisi yang tadi telah dibacakan oleh sang dosen.
Apa yang telah dilakukan dosen dipercaya akan menumbuhkan motivasi tinggi bagi diri mahasiswa. Terlebih lagi, dosen selalu berusaha menempatkan dirinya di mana saat mahasiswa memerlukannya ketika berkeliling dari kelompok satu ke kelompok lainnya. Dengan demikian, mahasiswa dapat bekerjasama dengan anggota kelompoknya mencapai tujuan pembelajaran bersama-sama. Seperti yang sering dikutip pada tiap-tiap pengaplikasian pembelajaran kooperatif, yaitu :’we swim and sink together”, yang artinya, apabila salah satu dari anggota melakukan tindakan yang gemilang maka seluruh anggota kelompok juga merasakan hal yang sama, yaitu sukses bersama-sama. Sebaliknya, apabila salah satu anggota gagal, maka gagallah keseluruhan anggota.
Adapun presentasi kelas dibagi menjadi dua macam, yaitu presentasi individu dan presentasi kelompok (Slavin, 2001:120).
a. Presentasi Individu
Presentasi individu diwarnai oleh kegiatan mahasiswa yang tergabung dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan hasil temuan mereka masing-masing mengenai topik-topik yang telah diberikan oleh dosen. Kelompok ahli ini ada yang mempresentasikan ringkasan cerita dari puisi tersebut (anggota dari kelompok A), ada yang mengemukakan pendapatnya tentang tema (anggota dari kelompok B), ada yang menceritakan tentang simbol-simbol dari objek tertentu yang dipakai dalam puisi ini (anggota dari kelompok C), ada yang menerangkan tentang sistim metric puisi ini (anggota kelompok D), dan akhirnya ada yang mengulas tentang unsur metafora dalam puisi ini (anggota kelompok E).
Kelompok ahli tersebut berdiskusi dan membahas semua topik yang ditugaskan oleh dosen. Di sini dosen berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan arah diskusi agar mencapai tujuan, yaitu mereka yang tergabung dalam kelompok ahli dapat mengajarkan ‘keahliannya’ ke teman-teman kelompoknya masing-masing.
Maka tibalah saatnya bagi masing-masing anggota kelompok ahli untuk kembali ke kelompoknya masing-masing dan kembali membahas masalah-masalah atau pertanyaan-pertanyaan yang menjadi tugas (learning task) bagi kelompok mereka. Peran dari ketua kelompok adalah membantu anggota kelompok untuk merumuskan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam teks dan membantu melengkapi sebuah susunan bahan presentasi kelompok nantinya. Misalnya, kelompok B akan membantu anggota kelompoknya untuk dapat mengulas tema puisi ini dalam bentuk uraian yang singkat dan representatif.
Selama berdiskusi seluruh anggota mengerahkan segenap kemampuan mereka. Ada yang mencatat, ada yang mengkritik, ada yang menyemangati, ada yang memeriksa ulang pekerjaan, dan ada yang menyiapkan presentasi. Mereka harus benar-benar dapat memanfaatkan waktu yang diberikan.
Peran dosen dalam tahap ini adalah sebagai narasumber dan fasilitator. Ia berkeliling dari kelompok satu ke kelompok lainnya untuk melihat bagaimana mahasiswa bekerja dalam kelompoknya. Sesekali dosen memberi bantuan dengan mengarahkan pada pengertian akan konsep tertentu apabila ada kelompok yang belum mengerti akan tugas yang harus diselesaikannnya.
b. Presentasi Kelompok
Tahap presentasi kelompok bercirikan adanya kegiatan dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Untuk ini mereka diberi kesempatan untuk menggunakan segala fasilitas yang ada guna mendukung penampilan kelompok mereka.
Masing-masing kelompok akan memberikan hasil akhir dari diskusi mereka dengan menampilkan jawaban atau ulasan singkat tentang tugas-tugas yang telah diberikan dosen kepada masing-masing kelompok.
Kelompok A, misalnya akan menampilkan uraian seputar ringkasan cerita dari puisi Stopping by Woods on a Snowy Evening. Dari sini seluruh kelas akan memperoleh informasi mengenai rangkaian peristiwa yang dipersembahkan oleh kelompok A mengenai puisi tersebut. Hal ini tidak menutup kemungkinan adanya pertanyaan dan sanggahan serta pendapat yang berbda dari kelompok lain dalam menanggapi hasil diskusi kelompok A. Begitu pula seterusnya untuk presentasi kelompok B dengan tema puisi, kelompok C dengan symbol-simbol dalam puisi, kelompok D dengan sistim metrik puisi, dan sampailah pada kelompok E dengan metafora puisi.
Yang terjadi adalah diskusi yang menarik antara kelompok yang membahas sebuah puisi berdasarkan unsur-unsur pendukung puisi tersebut yang meliputi tema, simbol, meter, rhythm, rhyme, dan metafora. Seluruh kelas akhirnya memiliki pengetahuan tentang elemen-elemen puisi tersebut dengan melalui pemahaman sebuah analisa sebuah puisi sebagai contoh. Hasil kerja suatu kelompok telah melengkapi hasil kerja kelompok-kelompok lainnya sehingga memmbentuk suatu kesatuan analisis. Alhasil, semua mahasiswa pada hari itu telah memperoleh pengetahuan mengenai analisis puisi dengan analisis struktural.
d. Tahap Penilaian (Assessment Stage)
Penilaian otentik (authentic assessment) digunakan sebagai penilaian kegiatan kelas sastra ini. Tahap penilaian merupakan tahap akhir bagi seorang dosen dalam kegiatan pembelajarannya. Chapella dan Briedley (2002:267) mendefinisikan tahap ini sebagai tindakan seorang guru mengumpulkan informasi dan membuat pendapat mengenai pengetahuan siswa akan kemampuan berbahasa serta bagaimana menggunakan bahasa tersebut.
Menurut Slavin (2008:80-3) dan Arends (2001:339), penilaian terhadap model pembelajaran menggunakan Jigsaw terdiri dari tiga lapis. Penilaian tersebut mencakup tes akademik (pengambilan nilai individu), penilaian kelompok, dan penilaian kerjasama. Penilaian dilaksanakan dalam bentuk baik tulis maupun lisan.
Tes akademik atau tes untuk memperoleh nilai kemampuan individu biasanya berbentuk tes tulis tetapi tidak menutup kemungkinan untuk tes kinerja. Dalam kelas ini tes akademik dilaksanakan dalam dua lapis, yaitu lapis pertama adalah menilai masing-masing kinerja individu dalam sumbangsih mereka ketika terlibat presentasi kelompok. Lapis kedua adalah menilai masing-masing kinerja secara individu. Sebagai contoh, penilaian pada lapis pertama dilakukan secara on going process, yaitu ketika diskusi sedang berlangsung. Dosen memperhatikan sumbangsih masing-masing mahasiswa yang bekerja dalam kelompoknya dan tentu saja ini memerlukan format penilaian khusus agar diperoleh nilai yang rinci. Pada lapis kedua, dosen memberikan penilaian secara individu dengan memberi tugas analisis puisi. Dalam hal ini mahasiswa diberi beberapa pilihan puisi oleh dosen untuk dianalisis dan dilaporkan dalam bentuk tulisan. Format analisis mengikut pada tata cara kerja kelompok dalam menganalisis puisi yang sudah dicontohkan.
Penilaian kelompok dapat berupa penilaian lisan yang dilakukan pada waktu presentasi kelompok dimana masing-masing anggota kelompok tertentu mepresentasikan hasil diskusi kelompok yang membahas materi tertentu. Nilai yang dihasilkannya gabungan antara nilai presentasi dan nilai diskusi kelompok.
Penilaian kerjasama, pada akhirnya, sangat penting. Ini sesuai dengan adanya unsur pengakuan tim. Kerjasama yang baik akan memperoleh pengakuan tim yang baik pula dan ini amat dibutuhkan untuk mendorong semangat siswa untuk semangat belajar dan bekerja lebih baik.
H. Penutup
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Pembelajaran sastra pada fokus menganalisis puisi berdasarkan unsur-unsurnya ternyata dapat diterapkan dengan menggunakan metode kooperatif. Model atau strategi kooperatif yang dipilih adalah Jigsaw, yaitu teknik pembelajaran kooperatif dimana setiap anggota tim bertanggungjawab untuk menyelesaikan materi pembelajaran yang ditugaskan kepadanya, kemudian mengajarkan materi tersebut kepada teman sekelompoknya yang lain.
Dengan menerapkan jigsaw, kelas sastra akan lebih gumregah karena peran mahasiswa menjadi penting. Ini tidak seperti yang biasa dilakukan oleh pengajar di kelas sastra biasa yang hanya memberi ceramah kepada mahasiswa dan menyuruh mahasiswa menghafal konsep-konsep sastra tertentu dan akhirnya berakhir pada ujian tulis. Dalam pembelajaran kooperatif seperti ini, mahasiswa akan memperoleh pengetahuan mengenai unsur-unsur puisi yang dikonstruknya sendiri dengan melakukan berbagai macam kegiatan penemuan dan bekerjasama dalam suatu kelompok atau tim. Disamping itu, model jigsaw memberikan ruang gerak yang lebih luas karena masing-masing kelompok akan memberikan hasil diskusinya untuk satu tugas pembelajaran (learning task) yang nantinya akan digabung dengan hasil diskusi kelompok lainnya sehingga menjadi suatu keutuhan analisis. Ruang gerak yang lebih luas diartikan sebagai lebih luasnya waktu dan lebih banyaknya kesempatan untuk mendalami dan memperoleh informasi mengenai sebuah topik kecil yang ditugaskan pada kelompok tersebut.
Dengan demikian, pengajaran kelas sastra akan lebih menarik dan pendapat serta pengetahuan dari mahasiswa yang terlahir dari penemuan-penemuan mereka akan dihargai dan menjadi suatu hasil pembelajaran yang bermanfaat.
[1] lihat http://www.jigsaw.org.overview.htm
[2] Kuliah Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra oleh Prof. Dr. Supratno pada tanggal 29 Oktober 2009.
________06 March 2011
Dijumput dari: http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/06/metode-kooperatif-dalam-pembelajaran-sastra/
0 comments:
Post a Comment