Pantomim Minus Gestur Jenaka
JOGJA - Pantomim selalu identik dengan aksi berias putih plus gestur jenaka. Berbeda dengan penampilan Komunitas Teater 42 Fakultas Sastra Universitas Ahmad Dahlan (UAD) saat unjuk kemampuan di Gedung Societat TBY, minggu malam lalu.
Tidak hanya menanggalkan keharusan jenaka dalam sebuah pertunjukkan pantomim, Komunitas Teater 42 juga memasukkan bumbu nasionalisme sebagai cita rasa utama.
Dalam pentas pantomim kontemporer berjudul Kembalikan Indonesia Padaku tersebut, Komunitas Teater 42 menyajikan pertunjukan 'bisu' karena minim dialog. Lakon berdurasi sekitar 120 menit itu disutradarai Dian Adi Marianto. Sementara actor yang bermain adalah Yanto D.M., Muhammad Iqbal, Mega Ayuningrum, Taufandika Susila, dan Restu Dhita Sugiono.
Sementara itu, yang bermain sebagai penari di antaranya Wulandari, J. Hermawan, Rarasita, Oktaria, Anto, Firdha T.D., Ilham, Ari M.J., Tyas, Arita, dan Asya Nur. Sedangkan Mujianto menjadi koreografer tarinya.
Pengiat Komunitas Teater 42 Latief S Nugraha mengatakan, pantomime kontemporer terbilang baru. Bahkan, belum menggema di jagad pertunjukan teater Indonesia. Hal ini yang mendasari komunitas teater milik UAD tersebut untuk mewarnai dan menyemarakkan dunia teater, khususnya pantomim yang akhir-akhir ini sepi.
“Wujud tanggung jawab kami sebagai pengiat seni untuk memberi kebaruan dan seni pertunjukan. Kami sengaja mengangkat puisi sebagai tubuh konsep pementasan dalam bentuk pantomim kontemporer,” jelas dia.
Latief menambahkan ekplorasi seni pertunjukan memang kerap dilakukan oleh komunitas yang dirintis sejak tahun 1997. Ia menjelaskan Teater 42 adalah wadah untuk menampung ide-ide kreativitas mahasiswa sastra pada khususnya dan non sastra pada umumnya.Komunitas Teater 42 telah banyak memberi andil dalam proses kreativitas mahasiswa sastra dalam menyalurkan bakatnya dalam bidang seni sastra, baik dalam menggelar acara pementasan Pantomim.
Mengenai proses penciptaan cerita, Latief mengaku semuanya dilakukan dengan berdialog aktif antar pemain dan sutradara. Hal itu untuk memberikan pengertian seni yang dialektis, serta memberikan pengertian bahwa proses berkesenian memiliki tanggung jawab yang besar bagi para penikmat karya seni tersebut.”Seni sebagai pendidikan dan seni sebagai cerminan bersikap untuk lebih baik,” ujar dia.
Komunitas Teater 42 sebelumnya pernah meraih prestasi dalam lomba deklamasi puisi yang diadakan Studio Pertunjukan Sastra Yogyakarta (SPS) pada Oktober 2011. Peserta perwakilan Komunitas Teater 42 juga berhasil meraih penghargaan sebagai deklamator puisi terbaik ke-2 dan favorit dengan mendeklamasikan puisi Kembalikan Indonesia Padaku oleh Mujianto dan Dian Adi Marianto.(leg/hes)
http://www.radarjogja.co.id/berita/utama/23404-pantomim-minus-gestur-jenaka.html
0 comments:
Post a Comment