Pages

Tuesday, 31 January 2012

PARADE PUISI-PUISI ALFIYAN HARFI

PARADE PUISI-PUISI ALFIYAN HARFI
Posted by PuJa on August 14, 2008

PENIUP SERULING

setiap kali kuraba dadamu
luka-luka itu terlindungi
oleh letakan tangan juga jiwaku
setiap kali kita berciuman
jiwa kita yang rapuh
bertemu dalam lagu yang sedih
bersamamu serulingku
aku akan terus bernyanyi
akan terus bernyanyi
sampai angin mencatat notasinya
lalu di suatu tempat suatu waktu
akan ia nyanyikan, duka kita
untuk yang mati
dan yang tak bisa mati

Yogyakarta ’05

KEPADA SETIAP MAWAR
janganlah takut bila terpikirkan olehmu
kelopakmu yang indah akan layu
lalu gugur dan tenggelam
ke dalam debu yang dulu menyimpan
kerinduan benihmu
janganlah takut, karena bila kau takut
bagaimana mereka akan bahagia mendapatimu
memancarkan warna merah yang duka
maka dengan segenap keindahan dan durimu
tadahkan seluruh dirimu mencecap syukur
kepada musim dan matahari yang memberimu
beberapa menit yang indah—atau satu detik
dalam keindahan yang luas dan abadi

Yogyakarta ’06

MATAHARI DAN BAYANG-BAYANG
bila kau lihat matahari di kaki langit
maka aku ada di belakangmu
sebagai bayang-bayang
dan bila kau lihat bayang-bayangmu
maka aku adalah matahari
yang menciptanya

Majenang ’04

ODE BAGI YANG TAK DIKENAL
Aku ingin mendekat dan mengenalmu:
Mengenal bagaimana kau bangun
dan melangkah di tengah dunia
Bagaimana kau sentuh ranting kering
dan membuat mawar tumbuh darinya
Aku ingin mengenal bagaimana
Matamu menutup dan menyimpan
mimpi yang kecuali aku
tak seorang pun tahu
Aku ingin mengenal
Setiap udara yang kau hirup
Serta wangi yang kau hembuskan
Aku ingin mengenalmu kian dekat
Hingga aku mengenalmu
Layaknya aku mengenal diriku sendiri
Aku ingin menjadi akrab dengan kulitmu
Layaknya udara akrab denganku
Aku ingin menjadi akrab dengan suaramu
Layaknya aku akrab dengan kata hatiku
Aku ingin mengenalmu hingga
Aku mengenal segalanya;
Dan setiap bunga nama yang tumbuh
Mengakar padaku memancar padamu

November ’07-Mei ’08

SEPASANG MATA
lebih sunyi dari sebuah cermin
matamu bening bagai hati pencinta
dimana aku melihat diriku
menatap bagai malam padamu
kau yang menatap asing padaku
perhatikan bayang-bayangmu
tersimpan di kedalaman mataku
bagai cahaya menunjuk pusat kegelapan
apa dan kemana kau mencari
aku bersemayam di atas matamu
mengikuti bagai arah dan waktu
bila mataku terpejam, kau bersembunyi
menjelma mata air yang mengalir di tubuhku
sebagai kehangatan dan cahaya teduh yang abadi

Yogyakarta ’05-’07

DUNIA MENYATUKAN KITA
dunia ini milikku, dunia ini milikmu
awalnya kita berbagi
bagiku jalan yang sungguh milikku
bagimu jalan yang sungguh milikmu
dan ketika pada satu jalan
dunia ini menemukan kita;
kau memilikiku dan aku memilikimu
ambillah mataku, ambillah lenganku,
ambillah jantungku untuk mengalirkan darahmu
ambillah tubuhku untuk hidupmu
ambillah hidupku agar ia sempurna
dunia ini milikmu juga milikku
dunia ini milikku juga milikmu
tanpa kita berbagi lagi

Yogyakarta ’06

DI ATAS BUKIT TERAKHIR
: Zainal Arifin Thoha
dan ia yang banyak berkelana
mengarungi dunia dan bernyanyi
gemanya menggaung di lembah dan lautan
tapi ia sendiri, pergi menyusuri
kebebasan dan kesunyiannya
memandang lembah-lembah biru
mendengar bisikan dari kabut
bahagialah ia yang tidak memiliki apa-apa
dunia berserak di bawah kakinya
yang melangkah ke bukit terakhir
dirasakannya angin bangkit
dari dunia yang menampung jiwanya
dengan kedua tangannya terangkat
layaknya sayap-sayap yang suci
ia menghembus ketakterbatasan

Februari ’07, beberapa pekan sebelum ZAT wafat

SEBONGKAH BATU
bila sebongkah batu
kulempar ke angkasa
lalu kusebut nama cahaya
maka jadilah itu matahari
bila matahari
kuhempas nafas langit
kugesek awan-awan tipis
maka jadilah itu gerimis
gerimis mengantarku padamu
lalu kusebut nama bunga
maka terbanglah kata-kata
seperti kupu-kupu
hinggap di kelopakmu; ungu
sambil menikmati matahari
ia tafsir makna ayat-ayat itu

2005

SUBLIM
Aku terbangun dari mimpi yang adalah kamu
Mandi air hangat yang adalah kamu
Minum segelas susu yang adalah kamu
Memasuki hari cerah yang adalah kamu
Menulis sajak-sajak dengan tindakanku
Hasratku terserap kedalam kebebasan
Aku melangkah penuh dan ringan
dan menemukanmu di atas kata-kataku
Segalanya telah tercipta dan terungkap
Dan seperti galaksi, segalanya
mengalir dalam keseimbangan yang penuh
Kebahagiaan dan duka cita
menyublim dalam seluruh kekuatan verba

Juli 2008

PLANET LETIH
Tahun-tahun menjauhkanku
Dari cahaya muasal—
Ledak tangis yang suci.
Setiap cinta kembali mengabu
ke dalam tubuh tuaku.
Putaran-demi putaran
Mengekalkan kebingunganku
Demi kekuatan yang menguasai
Getar setiap planet
Demi planet yang menguasai
Setiap getar abadi
Demi setiap cahaya
Yang melayari langit redup
Demi mimpi
yang terbenam
di kerut mata tua
Demi cinta yang letih
Demi jiwa yang penuh
Oleh anggur terpendam
Demi air mata
yang menetas bagai kata
Maafkan setiap duka
yang membusuk di tubuhku
Tumbuhkanlah ia
Menjadi bermacam warna
Pada bermacam mahkota bunga
Terimalah setiap warna
Sebagai anugerah cinta
Seperti cahaya melintasimu
O semesta abad-abad.

Cipari, 10 Januari 2008

MENGENANGMU
sendiri berjubah kelabu
malam tergeletak
di atas semua
yang belum meninggal
berdiri di atas dunia
yang bukan milikmu
kau panggil masa depan—
kau panggil aku
kerinduan menggigil
malam mencair
sepasang kaki melangkah
ke dalam gelap

28 Januari 2008

BAYANG-BAYANG AKHIR CERITA
di lembar terakhir yang gelap
rambut putih muncul di antara rambutmu
dan kerut masa lalu yang bagai akar terpendam
tampak di wajahku dan wajahmu;
saat itu, kita tak lagi mengucap cinta
namun memahaminya lewat tatap mata
dan belai gemetar masa tua
saat itu kau tahu aku mencintaimu
yang tak muda lagi, tanpa hasrat dan tujuan.
mencintaimu dengan segala kecantikan
dan keagungan dalam jiwamu
lalu kau memelukku
ketika malam mengatupkan selimut daun-daunnya
dan burung hantu menyanyikan akhir yang indah
dari suatu cerita panjang yang melelahkan

SI GILA PADA SI PENANTI
aku tahu kau merindukan
tanganku di atas tidurmu
cintaku di atas hidupmu
dan kau tahu
aku hidup di atas cintamu
cinta telah menguasai kita
bahkan sebelum kita
mampu mengucapkannya,
jiwaku dan jiwamu punya satu sayap
dan cinta kita yang menyatu
mengepakkan sepasang sayap kita
meninggalkan sepasang jasad yang rapuh
kau percaya
cintalah yang membawa kekasihmu
dan kesedihanmu dan kekuatanmu
membuat cinta mempercayaimu–
memilihmu jadi puterinya
di tanganku tersimpan abadi
detak jantung tidurmu
memberiku kekuatan
untuk menggoreskan nama kita
pada tiap benda
bahkan di atas otakku yang gila
bersyukurlah
pada ketidakwarasanku,
ia membawamu kemana aku pergi
untuk menyelamatkan hidupku
sebelum jasadku mengabu
ditelan bumi yang jauh
dan bila kau menemukanku
bersama hidup dan cintaku
tapi tidak bersama warasku
kau duduk bersandar kursi
mengamati dan menjagaku–
mengapa matamu basah
dan tubuhmu berguncang?

2006

PERGILAH
Pergilah dan jangan katakan di mana kau akan tinggal
Karena aku tak akan pernah mencarimu
Jangan pernah sekalipun mencoba mengingat namaku
Karena aku pun telah melupakan suaramu
Di lautan yang berbeda, kita masing-masing berlayar
dengan kapal yang digoyahkan ombak pecah.
Jangan sekalipun menyanyikan lagu cintaku
kencangkan tali biola dan patahkan lengannya.
Kini, segalanya nampak beda dari pengalamanku
Segalanya mengenakan selimut ketelanjangannya kembali:
Angin mencipta ombak, duka mencipta suara
Ketika kubawa diriku meninggalkan pulau dan tubuhku.

Juli 2006

DI DALAM KERETA
gemuruh senja di langit
bergerak ke masa lalu
sepasang rel menjalar
dari masadepan
kini kutahu
kereta terus berjalan
menuju perhentian tak dikenal

2005-2006

Alfiyan Harfi. Pencinta Puisi yang lahir di Cilacap, 30 Nopember 1986. Alumnus Pesantren Cigaru I Majenang. Sempat mampir kuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan tidak selesai. Pernah juga nyantri jalanan di Pesantren Kutub asuhan alm. Zainal Arifin Thoha.
Puisi dan cerpennya baik asli maupun terjemahan dimuat Suara Merdeka, Solopos, Koran Sore Wawasan, Harian Surya, Tabloid Tren, Jurnal Kebudayaan The Sandour, serta beberapa antologi bersama seperti Herbarium [bersama penyair muda 4 kota; yogya-Bandung-Denpasar-Padang], Blues Mata Hati [Penyair-penyair Banyumas Besar] dan Pendhapa 5 [Temu Penyair Jawa Tengah 2008].
Sekarang tinggal di rumahnya di RT 01/Rw 06 Prumpung-Serang-Cipari-Cilacap-Jawa Tengah 53262. Sesekali melakukan ziarah dan pengembaraan sastra ke Kroya, Cilacap, Yogya, Solo dll. e-mail: aleph_harv@yahoo.co.id no. Hp: 085 726 239 473 atau 081 391 299 816

0 comments:

Post a Comment