Pages

Tuesday, 21 February 2012

Kjökkenmöddinger


Kjökkenmöddinger
Posted by PuJa on February 21, 2012
Hasan Junus
http://www.riaupos.co/

SAMPAH dapur berupa kulit kerang yang berbentuk busut atau bukit kecil sebagai tanda adanya hunian dan kehidupan purbakala di suatu tempat. Kjökkenmöddinger ialah sampah dapur atau timbunan kulit kerang yang dalam bahasa Denmark, orang yang awal sekali menandai hal ini.
Riau berhubungan dengan Denmark mula-mula sekali dengan munculnya Kapten Toger Abo pada tahun 1784 yang memimpin sebuah kapal perang VOC dalam Perang Riau yang dikepalai oleh Raja Haji Fisabilillah. Lalu tokoh dari Denmark yang pasti menjejas dan menjejakkan kaki di Riau ialah seorang pencerita dogeng handalan yaitu Hans Christian Andersen (lahir di Odense 1805 – meninggal di Kobenhavn 1875). Pengarang Denmark masa kini yang juga dikenal di Riau ialah Jostein Gaarder, guru sekolah menengah yang karyanya Shopie’s World itu. Sedikit masa lalu di Riau juga bergema nama Denmark yang terkenal di gelanggang olahraga yaitu pemain badminton Sven Pri. Dan bagi orang Riau yang gemar belajar filsafat satu nama Denmark tak mungkin terlupakan yaitu sang filsuf eksistensialisme Soren Kierkegaard (lahir di Kobenhavn 1813 – id. 1855).
Karena baru-baru ini Kepulauan Riau sibuk dengan penemuan Kjökkenmöddinger di Kawal, Pulau Bintan, sehingga berkibarlah nama pakar arkeologi Lukas DEA dan sarjana sejarah Aswandi Syahri. Tapi baik juga diketahui bahwa lebih dua puluh tahun yang lalu wartawan Tempo, Rida K Liamsi, pernah menemukan Kjökkenmöddinger dalam pengenalannya di Cate dan Rempang. Dan karena dalam hari-hari ini orang Pekanbaru sedang ramai berbincang tentang menghasilkan karya-karya genre sastra berkait dengan sejarah sangatlah elok kalau salah-satu karya dimulai dari peristiwa di Kjökkenmöddinger. Karena lingkungan dalam sastra sejarah itu dalam lingkaran kebudayaan Melayu tentulah orang-orang purba di sekeliling api unggun dan timbunan kulit kerang itu bergendang dan berpantun, membaca mantera dan menyanyi dengan memakai bahasa mereka yang purba dan bertingkah-laku yang terasa aneh di pandang dari sudut pandang kita yang hidup di masa kini.
Sebuah novel sejarah di Riau mungkin sekali dibuka dengan pertempuran di pantai Tanjungpinang yang melibatkan anak-anak buah kapal Toger Abo yang orang Denmark itu. Tapi apa itu novel sejarah? Wikipedia yang sempat saya pantau menjelaskan sebagai berikut: Ahistorical novel is a novel in which the story is set among historical events, or more generally, in which the time of the action predates the lifetime of the author. As such, the historical novel is distinguished from the alternate history genre. //Historical fiction may center on historical characters, but usually represents an honest attempt based on considerable research (or at least serious reading) to tell a story set in the historical past asa understood by the author‘s contemporaries. Those historical setting may not stand up to the enchanced knowledge of later historians.
Karya-karya mana saja yang dapat dijadikan model atau contoh? Dari keluasan Sastra Dunia sering disebut sebagai contoh yang awal karya sastra jenis ini ialah karya abad ke-14 Luo Guanzhong berjudul San-guozhi yanyi yang dalam terjemahan bahasa Inggeris dikenal sebagai Romance of the three kingdoms.
Penyebar karya sastra jenis ini yang sangat terkenal pengaruhnya ialah Sir Walter Scott (1771-1832) yang karya-karyanya antara lain diangkat dari sejarah Scotlandia seperti rangkaian Waverly (1814) dan Rob Roy (1818) dan terutama karya yang paling luas dibaca yaitu (1820).
Munculnya novel roman sejarah sejalan dengan berkibarnya gerakan romantisme di Perancis. Karena nama-nama para pengarang yang menghasilkan karya jenis ini terdiri dari para romantikus terkemuka seperti Alfred de Vigny, Victor Hugo dan Alexandre Dumas. Alferd de Vigny luas dikenal dengan dua karyanya yaitu Cing-Mars (1826) dan Stello (1832) serta lainnya. Karya Victor Hugo di bidang roman sejarah memadailah dengan menyebutkan Notre-Dame de Paris (1831) dan Les Miserables (1962). Sedangkan Alexandre Dumas dengan karya-karya seperti Le Comte de Monte-Christo (1841-1845), Les Trois Mousquetaires (1844), Vigts ans après (1845) dan lainnya.
Untuk Lev Tolstoy cukuplah dengan mencantumkan karyanya Voina I mir (“Perang dan Damai”) yang penyelesaiannya memakan waktu dari tahun 1865 sampai tahun 1869. karya ini terlalu besar untuk dibiarkan terletak di rak buku sebagai hiasan saja.
Henri Troyat, pengarang Prancis yang nama aslinya Lev Aslanovitch Tarassov yang lahir di Moskow 1 November 1911 telah memanfaatkan perjalanan sejarah Rusia dan Perancis yaitu negeri asal dan negeri keduanya dan menghasilkan sebarisan karya seperti Faux jour (1935), Le Vivier (1935), L’Araigne (1938), memenangkan hadiah Prix Goncourt, Aliocha (1991), dan lain-lain.
Umberto Eco, sastrawan Italia yang lahir di Iskandariyah, Mesir, 1932, karyanya yang tergolong dalam novel sejarah yang mantap ialah Il nome della rosa karya tahun 1980. sebelum Umberto Eco nama Italia dalam bidang ini ialah Silvio Pellico (1789-1959) yang karyanya yang paling menjulang antara lain ialah karya tahun 1832 Le mieiprigioni (“Perjakaku”).
Nama Polandia di bidang novel sejarah ialah Jozeflgnacy Kraczewki (1812-1887) dan Henryk Sienkiewics yang menghasilkan beberapa novel sejarah seperti Quo Vadis yang telah mengantarkannya meraih Hadiah Nobel dalam bidang kesusastraan pada tahun 1905.
Penulis masa kini novel roman sejarah antara lain Amita Kanekar dan Anurag Kumar dari India. Amita Kanekar menghasilkan novel sejarah yang berisi riwayat Budha dan para muridnya pada masa kehidupannya. Anurag Kumar mengarang tentang pembelotan tahun 1857. Dari Spanyol tertera nama Autoro Perez-Reverte dengan rangkaian kisah Captain Alatriste. Tentu saja masih banyak nama-nama lainnya.
Sejarah novel sejarah dalan sastra Indonesia tentulah harus menyebutkan nama dan karya seperti Hulubalang Raja (1934) oleh Nur Sutan Iskandar, Pahlawan Minahasa (1935) oleh MR Dayoh dan suatu karya dari Riau yaitu Perampok Lanun atau Mata Keris Yang Membuka Rahasia oleh Ahmad (tahun-tahun awal kegiatan Balai Pustaka Batavia). Lalau perjalanan sastra ini dilanjutkan dengan Tambera (1949) oleh Utuy T Sontani dan Ikan-Ikan, Hiu, Ido, Homa (1984) oleh YB Mangunwijaya.
Maka kalau anda memilih untuk manggarap novel atau roman sejarah jadilah salah satu dari nama-nama di atas atau salah satu dari nama-nama yang tak sempat saya tuliskan namanya. Nama-nama yang ada tetaplah ada, tertera atau tidak bukan masalah, sekali ada tak bisa ditiadakan. ***
8 Januari 2012

0 comments:

Post a Comment