Sajak-Sajak Riki Utomi
Posted by PuJa on February 8, 2012
http://www.riaupos.co/
Ketika Bulan Hilang
bulan yang bagai wajah bidadari.
mempesona dalam dekapan malam.
seperti bentuk yang tinggi menjulang
dari pohon ketus dan sulit mengganti
tubuhnya.
bulan hilang. menggapai petang.
tak sampai bertandang. penuh kejora
tapi tak luput diuntai kata. hanya duka
yang terus menganga pada tubuhnya.
mengekori segenap inci luka kemanapun
terdampar ia.
ketika bulan hilang, hanya bebayang
yang gamang menerawang. menunduk-
nunduk tanpa tahu arti. tanpa coba
mengulangi seperti lesap debu yang
terbungkus oleh mulutnya. Tanpa
batas, tanpa keras.
(Selatpanjang, 2011)
Menjenguk Tuah
dalam dada kami masih tersimpan gegap harap.
melintas di bayang yang tegak. menghapus bulir
air mata yang telah berserak. pada jalan kami,
kaki-kaki menapak. tegas menjungkal dari bawah
api yang kobar. dinding-dinding hati menebal.
seperti sebuah suci, membuang masa-masa
yang tak berarti.
di manakah dia kini. ketika terus saja hati kami
menjadi ngilu. membenam dalam ucap.
membahana dalam jerit. setelah lengkap harap.
membungkus kabut pekat. tak lama menjelang.
sengat mulut melaknat. mengeja-eja ukiran arab
melayu di nisan batu.
karenamu tuah, langkah kaki kami terhenti.
menghambat laju tuk menuju satu titik terang.
darimu kami dapatkan tentang perihal latah.
atau banyak sesuatu yang tak menjadi arah.
daulat paduka yang kau tinggikan mungkin
kecamuk pada dirimu.
(Selatpanjang, 2011)
Langkah
ayunan kaki kami membawa pagi bersimpuh.
melaju dengan sangat. ada harap melekat.
kemanapun menuju akan kami bawa harap.
sebab hanya itu yang membuat raga tetap
tegak untuk mengikis ragu.
sebuah ungkap yang menuntun langkah kaki.
menjadi rindu yang membuncah. kesana, di awal
pagi yang terjalin nasib suci untuk mengerti arti
sebuah risau. ke sana, ada arah yang akan dilalui
untuk menjadi ragi pada rasa yang galau.
langkah yang menuntun jalan kehidupan
ketika kami buta akan tujuan. ke segenap
rekat dari sisi timur sampai barat. lalu melaju
ke ujung dekat yang terukur harap. semakin
dekat, semakin memberat.
(Selatpanjang, 2011)
Riki Utomi, Kelahiran Pekanbaru 1984. Menamatkan belajar di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UIR. Pernah berproses di FLP Riau. Sejumlah sajak dimuat di Suara Merdeka, Riau Pos, Batam Pos, Haluan Riau, Haluan Kepri, Metro Riau, Majalah Sagang, Majalah Sabili, dan terangkum dalam beberapa antologi bersama. Bekerja sebagai guru di Selatpanjang. /11 Desember 2011
0 comments:
Post a Comment