Pages

Wednesday, 21 March 2012

Al-Watsiq Billah, Khalifah dan Penyair


Al-Watsiq Billah, Khalifah dan Penyair
Posted by PuJa on March 21, 2012
Hepi Andi Bastoni
http://www.republika.co.id/
Al-Watsiq Billah (842-847 M), Harun bin Muhammad Abu Ja’far, disebut juga Abu Al-Qasim Al-Mu’tashim bin Ar-Rasyid. Ibunya mantan budak bernama Qarathis. Al-Watsiq dilahirkan pada 20 Sya’ban 190 H. Ia menjadi khalifah berdasarkan wasiat ayahnya, dan dilantik pada 19 Rabiul Awwal 227 H.
Pada 231 H, Al-Watsiq mengirimkan surat kepada Gubernur Basrah, memerintahkannya untuk kembali menguji para imam dan para muadzin tentang masalah Al-Qur’an yang dianggap makhluk. Dalam hal ini dia melanjutkan pendapat pendahulunya yang menganggap Al-Qur’an itu makhluk. Namun dia bertobat di akhir masa jabatannya.
Pada tahun ini, Ahmad bin Nashr Al-Khazai, seorang ahli hadits dibunuh. Ia dibawa dari Baghdad menuju Samarra dengan tangan diborgol. Al-Watsiq bertanya tentang Al-Qur’an bukan makhluk. Ahmad bin Nashr juga ditanya tentang apakah Allah dilihat dengan mata kepala sendiri di Hari Kiamat atau tidak. Ahmad menjawab dengan sebuah hadits yang menyatakan bahwa Allah bisa dilihat.
Mendengar semua jawaban itu, Al-Watsiq berkata, “Engkau berbohong!”
“Sebenarnya engkau sendiri yang berbohong,” balas Ahmad.
Al-Watsiq berkata, “Celaka kamu! Apakah Allah akan dilihat sebagaimana dilihatnya makhluk yang serba terbatas dan Allah juga menempati satu tempat, serta bisa dipandang oleh orang-orang yang melihat. Sesungguhnya aku tidak percaya kepada Tuhan yang memiliki sifat-sifat demikian sebagaimana yang engkau sebutkan.”
Orang-orang Muktazilah yang hadir di tempat itu mengatakan bahwa Ahmad bin Nashr halal untuk dibunuh. Karena itulah Al-Watsiq memerintahkan kepada pengawalnya untuk segera membunuh Ahmad.
Pada tahun ini pula Al-Watsiq melepaskan tawanan Muslim dari negeri Romawi sebanyak 1.600 orang. Ibnu Abi Duad, tangan kanan Al-Watsiq, yang menjaga tahanan berkata, “Barangsiapa di antara para tawanan yang mengatakan Al-Qur’an itu makhluk, lepaskanlah. Barangsiapa yang menolak, biarkanlah dia tetap sebagai tawanan.”
Al-Khatib berkata, “Ahmad bin Duad banyak mengendalikan tindakan-tindakan Al-Watsiq. Inilah yang membuat Al-Watsiq sering bertindak sangat keras terhadap orang-orang yang menolak mengatakan bahwa Al-Qur’an itu makhluk.” Namun diriwayatkan bahwa pada akhir hayatnya dia bertobat.
Mengenai tobatnya ini riwayat lain menyebutkan bahwa ada seseorang laki-laki yang dibawa kepada Al-Watsiq. Orang tersebut diborgol dengan besi sejak dibawa dari negerinya. Saat dihadapkan pada Al-Watsiq, saat itu pula Ibnu Duad hadir.
Sang tawanan berkata, “Beritahukan kepadaku tentang seruan kalian kepada manusia itu, apakah Rasulullah mengetahuinya, namun beliau tidak menyerukannya kepada manusia, atau beliau sama sekali tidak mengetahuinya?
Ibnu Abi Duad berkata, “Rasulullah pasti tahu tentang itu.”
Sang tawanan membalas, “Rasulullah mampu untuk tidak menyeru manusia kepada apa yang diketahuinya, sedangkan kalian tidak mampu!”
Orang-orang yang berada di tempat itu bungkam. Sedangkan Al-Watsiq tertawa lalu berdiri dan menutup mulutnya. Dia masuk kamar dan menyelonjorkan kakinya sambil berkata, “Rasulullah mampu untuk tidak menyeru kepada manusia kepada apa yang beliau ketahui, sedangkan kita tidak mampu.”
Al-Watsiq memerintahkan pembantunya agar menghadiahkan uang sebanyak 300 dinar kepada orang tersebut. Dia memerintahkan pembantunya untuk mengantarkan kembali orang itu ke negerinya. Sejak itulah Al-Watsiq tidak pernah menguji siapa pun tentang kemakhlukan Al-Qur’an. Ibnu Abi Duad merasa terpukul. Sejak itu dia tidak mendapatkan posisi lagi.
Laki-laki yang diborgol itu adalah Abu Abdurrahman Abdullah bin Muhammad Adzrahmi, yang tak lain adalah guru Imam Abu Dawud dan Imam Nasa’i (dua periwayat hadits yang terkenal).
Al-Watsiq memiliki wawasan yang luas dan memiliki syair-syair yang indah. Ia juga banyak mengetahui tentang berbagai persoalan. Dia memiliki suara yang bisa diubah menjadi seratus macam, ahli memainkan musik, serta ahli meriwayatkan syair dan kisah kasih. Al-Watsiq meninggal dunia pada Rabu 24 Dzulhijjah 232 H, di Samarra.
Redaktur: cr01 /27 April 2011
Sumber: Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi Bastoni

0 comments:

Post a Comment