Willy Fahmy Agiska
Nyiar Lumar
Persis seperti empat tahun yang lalu.
Di mana malam lebih gaib dari biasanya.
Segelintir orang beramai-ramai dikepung
sekomplot kelelawar yang lari terpencar-pencar.
Merangsak masuk lewat sela-sela pintu dan jendela
Seperti membawa mimpi buruk atau semacam
perburuan sesuatu.
“Sungguh ! Aku tak akan mencuri buah di meja makan.
Aku hanya ingin lumar yang kini sudah hilang itu.
Lumar yang senantiasa memancarkan sesuatu dari dalam dadanya.
Penjaga malam yang paling kelam ”
2012
Di Dalam Bis
Di dalam bis
aku duduk berdampingan dengan getar tubuhmu
juga bersaing sengit dengan kota yang
beranjak meninggalkan ingatanku lebih cepat.
Namun bayang-bayang kematian di matamu itu
terasa begitu lambat bahkan tak beranjak.
Terperangkap di kaca gedung-gedung kota.
Menyekap setiap gerak gerik tubuhku.
Bahkan kini kusaksikan
jalan itu seperti mengirim jarum-jarum jam panjang,
kunang-kunang, pesawahan, hutan lebat
atau semacam tikungan tajam
:
dimana, segala bisa tiba-tiba saja begitu berbahaya.
Di dalam bis
sebenarnya kita sedang berhadapan
dengan rasa kehilangan.
Kemana arah untuk pulang.
2012
Layang-Layang
Oh, ia si kecil mungil. Petualang ulung.
Melayari batu-batu apung, laut yang lepas.
Menjaring angin, mengulur pancing yang panjang.
Jauh ke dalam pikiranku. Mengambang dan terkekang.
2012
Penari
Sepuluh anak sungai di tanganmu,
tiba-tiba saja seperti akan meloloskan laut.
Laut yang senantiasa dibentuk oleh
gerak-gerik ombak juga ikan-ikan.
Atau dari yang karam dan tenggelam.
Sebab, kamu juga tercipta
dari segala yang bergerak.
2012
Jln. Gayam No 28
Demi bising kereta api
yang selalu meredam suara lembutmu
Demi lantai keramik
yang menyimpan kaki mungilmu
Dan demi segelas air putih
yang pandai menangkap bayang wajahmu
Biarkanlah aku pergi
menyusuri trotoar ini
membuang potong demi potong puzzle
semacam penanda arah untuk pulang.
Tapi kita malah kebingungan
siapa yang akan memberi hadiah kejutan.
Ada banyak kemungkinan
Kau mengintaiku dari deretan tanggal,
kalkulator, atau dari balik kerudungmu.
Dan ada selalu siang
ketika diam-diam aku kehilangan alir nadiku.
Astaga ! Aku lupa. Kau sedang mengejutkan.
2012
Biodata Penulis :
Willy Fahmy Agiska, lahir di Ciamis 28 Agustus 1992. Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia. Bergiat di Arena Studi Apresiasi Sastra (ASAS) UPI
0 comments:
Post a Comment