AFRIZAL MALNA: Menulislah Untuk Melupakan Kata-Kata
Penyair kawakan Indonesia, Afrizal Malna, menolak klaim yang menyebut aktivitas menulis puisi adalah bentuk penemuan kata-kata. Bagi pengarang Arsitektur Hujan ini, menulis puisi tak lebih dari sarana melupakan kata-kata.
“Banyak sekali kata-kata sampah yang kita hasilkan dari menulis puisi,” ujarnya saat berbincang dalam Lelampahan Sastra di Bilik Literasi Colomadu, Karanganyar, Minggu (26/2/2012). Dalam kesehariannya berkutat dengan puisi, Afrizal tak segan membakar karyanya yang dianggap tak bermutu. Bahkan, ia mengaku lebih banyak membakar puisi-puisinya dibanding menyimpannya. Hal itu dilakukannya karena ia merasa lebih rindu membaca puisi penyair lain dibanding membaca puisinya sendiri.
“Saya juga tak mungkin menjadikan pembaca membaca sampah dari puisiku,” katanya. Lebih lanjut, ia menyarankan penyair untuk tak mengabdi pada pakem-pakem puisi. Lelaki kelahiran Jakarta, 54 tahun lalu ini pun berujar jangan terlalu ambil pusing dengan pengkotakan makna puisi.
“Mau ada yang bilang puisi sebagai genre, sebagai jalan hidup, atau cara berpikir, saya tak peduli. Saya justru ingin menulis puisi dengan metode antipuisi, tapi pembaca tetap memiliki puisi itu,” tukasnya.
Ditambahkan Afrizal, dirinya mengaku pernah merasa kehilangan puisi kala media cetak banyak memuat puisi yang seragam. Ia bahkan merasa puisi tersebut dibuat penyair yang sama. Namun demikian, ia masih bersyukur karena sastra puisi hingga saat ini belum berubah menjadi mainstream. “Tak seperti seni rupa yang mulai dijual sebagai komoditas. Puisi terhitung komunitas yang sulit dijual. Ketika tidak diambil pasar, agama, atau ideologi tertentu, puisi akan menemukan kejernihannya,” pungkas dia.
http://www.solopos.com/2012/pergelaran/afrizal-malna-menulislah-untuk-melupakan-kata-kata-165648
0 comments:
Post a Comment