Mencintai Alam, Mencintai Kreasi Tuhan
Cerita Panjang Ikatan Mahasiswa Pencinta Alam Unmul
Dan antara ransel-ransel yang kosong
Dan api unggun yang membara
Aku terima semua itu
Melampaui batas-batas hutanmu
Melampaui batas-batas jurangmu
Aku cinta padamu Pangrango
Karena aku cinta pada keberanian hidup
(Mandalawangi Pangrango, Soe Hok Gie, 1966)
MAHASISWA Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, Soe Hok Gie, adalah salah seorang penggagas Ikatan Mahasiswa Pencinta Alam (Imapa). Mahasiswa yang hobinya membuat puisi dan naik gunung.
Pernah diangkat ke layar lebar oleh Riri Riza, Gie diperankan Nicolas Saputra. Film ini ber-setting gejolak transisi Orde Lama ke Orde Baru. Di tengah itu, Gie bersama kawan-kawannya mendirikan Imapa pada 19 Agustus 1964.
Puluhan warsa kemudian, gagasan pemuda ini menyebar ke seantero negeri, salah satunya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Imapa, Universitas Mulawarman, di Samarinda. Organisasi ini lahir pada 1984. Menjadi UKM tertua di Unmul sekaligus UKM Imapa tertua di regional Kaltim. Selamet Prayoga, ketua pertama UKM tersebut.
Selama 28 tahun perjalanannya, Imapa Unmul mencetak berbagai prestasi. Tersusun rapi di dalam sekretariatnya. Memiliki lebih 400 anggota, termasuk dari generasi pertama hingga sekarang, Imapa Unmul berpegang pada slogan, “Kita tetap sepakat jalan bersama.” Mereka yang pernah menjadi anggota Imapa, otomatis memiliki ‘kartu’ keanggotaan yang berlaku seumur hidup.
Moeslimin adalah pemimpin Imapa Unmul sekarang. Menurutnya, berbentuk organisasi yang gemar bertualang dan menyelamatkan lingkungan, Imapa tetap menjalani fungsinya mengawal isu lingkungan.
Tak jarang organisasi ini menjadi penggerak aksi bakti sosial ketika bencana alam. Contohnya saat peristiwa Gunung Merapi di Yogyakarta beberapa tahun lalu, hingga runtuhnya Jembatan Kartanegara, November tahun lalu.
“Ketika peristiwa Jembatan Kartanegara, kami menerjunkan personel Unit Search and Rescue (SAR) untuk membantu evakuasi. Kami juga menjadi koordinator tim informasi korban untuk area Tenggarong Seberang,” ujar Moeslimin, mahasiswa Fakultas Hukum Unmul, dari angkatan 2007.
Selain unit SAR, dalam struktural organisasi UKM Imapa memiliki Unit Lingkungan Hidup. Di bawahnya terdapat divisi yang dibagi berdasarkan medan daya jelajah yang berbeda seperti Divisi Gunung Hutan, Arung Jeram, Panjat Tebing, dan Penelusuran Gua. Karena eksistensinya, UKM Imapa Unmul tahun lalu dipercaya mendampingi mahasiswa asing yang ingin menelusuri gua di pelosok Kaltim “Ada dua mahasiswa Jepang dan seorang mahasiswa Prancis yang kami dampingi saat menelusuri gua di pedalaman Kaltim,” kata lelaki gimbal yang akrab disapa Ciping ini.
Catatan baik dalam eksistensi sebuah organisasi barang tentu dibarengi segudang ilmu dan pengalaman. Halnya Ade Firman yang sekarang menjabat sebagai sekretaris Imapa, tak ingin ketinggalan mengisahkan pengalamannya menjadi bagian keluarga besar Imapa Unmul.
Bagi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris angkatan 2006 ini, menjelajah dan bertualang di hutan adalah seni mengalahkan diri. “Ketika di hutan, semua sisi asli kita mulai dari ego, emosi, dan apapun itu yang bahkan kita tidak tahu akan terlihat. Itu pada saat kita lebih dekat dengan alam dan di situlah dituntut lebih mengendalikan emosi,” ungkap Ade, menerangkan filosofi menjelajah.
Ketika menyusuri kegelapan gua, juga ada filosofinya. Nothing but pictures, kill nothing but times, leave nothing but footprints. “Di dalam gua kami tidak hanya mengenal tapi harus memahami flora dan faunanya. Tingkat sensitivitas makhluk hidup di dalam gua lebih tinggi. Kami juga dapat belajar cara pemetaan di dalam gua,” sambung Ade.
Akhirnya, menjelajah sekaligus bertualang ke berbagai tempat bukanlah sekadar bersenang-senang. Mengenal dan menghargai kearifan lokal budaya setempat dan lebih mendekatkan diri dengan kreasi Tuhan, itulah makna pengembaraan sebenarnya. Pengembaraan para mahasiswa pencinta alam.(*/ard/fel)
http://www.kaltimpost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=126627
0 comments:
Post a Comment