Pages

Monday 13 February 2012

Sajak-sajak Faisal Syahreza Sastra Digital


Sajak-sajak Faisal Syahreza 
Musim Pancaroba Pekebun Muda

meski telah ia siasati langit yang sengit
mengandung seluruh perih musim.
juga ia lesapkan duka tubuhnya
antara kemarau dan hujan,
demi serekah merah daun miyana.
meski dihunjamkan mata bajak nyeri
antara tanah dan sungai kering,
demi mewah-ruah putih kelopak kemuning.

tetap saja tanah, air dan udara
enggan berkomplot juga.
untuk menjadi legit daging buah-buah
surga, untuk menjadi kekar walau
selembar sayur-mayur menjuntai.
apalagi jadi panen di dada, di mana
kelakar labu hijau, gusar daun bawang,
geliat wortel bercincin melimpah-berkah.

tetapi cuaca, duri bara udara
juga angin gigilkan batu
di rahang malam, ialah muslihat ampuh.
mengusik gembur huma, mengundang hama
mengusir gembira, menjemput gulana.

ia yang bertahan dengan garu bekunya.
cangkul kaku dan pupuk penipu.
di hadapan kebun pertama miliknya,
merasa tuhan telah memusuhinya.

2011



Pemetik Dewandaru

tak bisa gegabah memetikmu
sebab terlalu dini, jika berharap manis
merah lipanmu.
harus kutunggu larut jadi hitam darah usiaku.

sihir siapa yang mengurungmu
jadi buah-tipu, penggoda yang tak tahu malu.
mengusik seluruh tatapan di sela ranting bisu,
batang yang dirambati paku sisik naga itu.
gerumbul yang kelak menimpa semak-belukar
warisan si sabar, si tegar juga lidah penghindar masam.

biji kembarmu, yang kau kandung dalam daging legit
senantiasa berebut bahagia dan sedih begitu sengit.

aku yang terus menanti matangmu,
aku yang terus berhati-hati pada ulahmu.
serat-seratmu menaut-pagut doa
di belantara perangkap, jerat peratmu.

2011


MUSIM PANEN PEKEBUN MUDA

ia telah bersiap menghadap kebunnya
kiblat tempat menghimpun cuaca.
udara, air dan tanah
yang senantiasa mulia-setia
di dalam dada.
seratus hari yang fana baginya
telah menggemukkan kentang, paras bulat
lonjong pematut bulan.
mengekarkan kubis, berlembar labirin
penyimpan sari putih manis.
meliatkan wortel, jemari besar pemalu
merah-tumpah bercincin di dalamnya.

ia akan segera terbangun dari tidur, mencium ruap
kenduri dari nyala tungku dapurnya.
membubung wangi nasi pandan
yang siap dialas daun pisang, disinggung
ikan bakar yang diguyur sambal
seraya dikawal doa keselamatan.

tinggal selangkah lagi
ia akan melupakan hambur
rebak-rabuknya, meski sementara waktu.
alangkah sahajanya, ia titipkan cangkul,
garu dan mata bajaknya
pada tuhan yang asih, penyelia dalam keberkahan.

2011

0 comments:

Post a Comment