Pages

Saturday, 11 February 2012

Pataba Sedot Pembaca Dunia


Pataba Sedot Pembaca Dunia
Posted by PuJa on February 10, 2012
Rosidi
http://suaramerdeka.com/

LETAKNYA di ujung Jalan Sumbawa 40, Jetis, Blora. Rindangnya pepohonan dan tanaman lain di halaman rumah berukuran 350 meter persegi itu, seakan tak menyiratkan bahwa di dalamnya terdapat sebuah ruang untuk menyimpan mutiara pengetahuan yang ikut memberi citra positif bagi kabupaten paling timur di Jawa Tengah tersebut di mata dunia.
Pataba. Demikian nama perpustakaan yang didirikan oleh Soesilo Toer, adik kandung sastrawan Pramoedya Ananta Toer, yang telah memaksa para cendekiawan asing untuk menghormati karya sastra anak bangsa ini. Sebagaimana Pram (sapaan Pramoedya Ananta Toer) yang namanya sangat dikenal oleh sastrawan dunia, pun dengan Pataba.
Perpustakaan yang salah satunya melahirkan Lembaga Kajian Budaya dan Lingkungan Pasang Surut ini juga tidak cuma didatangi pengunjung di daerahnya, tetapi datang dari berbagai wilayah di kepulauan nusantara. ‘’Banyak juga pengunjung yang datang dari luar negeri,’’ ujar Soesilo Toer kepada Suara Merdeka, Kamis (30/6).
Dari Indonesia, tokoh-tokoh yang pernah singgah di Pataba di antaranya Sindhunata, Ajip Rosidi, Lilo Sunaryo, Djoko Pekik, FX Hoery, Gunawan Budi Susanto, Bowok Kajangan, Babahe Leksono, Muhidin M Dahlan, Imam Bucah, Juwadi, Baskoro, dan tokoh-tokoh dari berbagai komunitas dan lintas agama.
Adapun tamu dari luar negeri yang menyempatkan diri berkunjung yaitu Dr Etienne Naveau (Institut National des Langues et Civilisations Oriantales/Inalco, Perancis), Prof Dr Koh Young Hun (Vice Chairman Korea Association of Malay-Indonesian Studies, Seoul, Korea), serta rombongan mahasiswa dari berbagai negara seperti Australia, Thailand, Jerman, Perancis, Italia, Jepang, Belgia, dan mahasiswa Seminari Asia-Pasifik.
Ya, dari ujung Jalan Sumbawa itu, Pataba telah menorehkan tinta emas mengangkat citra Blora di mata dunia.
‘’Misi saya mendirikan Pataba yang didukung teman-teman adalah menciptakan masyarakat membangun, masyarakat membaca, dan masyarakat menulis,’’ tutur Soesilo Toer menambahkan.
Simpan Karya
Tak bisa dimungkiri, nama besar Pram memiliki andil yang sangat besar sehingga menarik para pengunjung jauh-jauh untuk datang. Dr Etienne Naveau, misalnya. Ia yang datang di penghujung tahun lalu (2010), bahkan sempat menginap di kamar yang menyatu dengan ruang tamu yang oleh Pak Soes -sapaan akrab Soesilo Toer- disulap sebagai tempat ribuan koleksi buku yang ada.
“Saya ingin berkunjung ke rumah Pram sejak 15 tahun lalu, namun baru hari ini kesampaian,” ujar Etienne Naveau kepada Suara Merdeka, waktu itu. Karya Pram yang dibacanya pertama kali yaitu Cerita dari Blora.
Etienne menambahkan, buku-buku karya putra bangsa Indonesia yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis masih sangat sedikit, yaitu sekitar 30 judul buku. “Paling banyak karya Pram. Selain itu ada beberapa karya penulis lain seperti Tan Malaka, Soekarno, Soe Hok Gie, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Sitor Situmorang, WS Rendra, dan Ayu Utami.’’
Lain halnya dengan Etienne yang jauh-jauh datang ke Blora untuk bersilaturahmi ke kediaman Pram dan Pataba, Prof Dr Koh Young Hun datang setelah melakukan perjalanan Anyer-Panarukan pada penghujung akhir 2010, dengan mendasarkan pada cerita dalam buku Jalan Raya Pos, Jalan Daendels juga. “Seminggu saya menyusuri jalan Anyer-Panarukan ini,” katanya.
Tentu saja, nama besar Pram lewat karya-karya sastra yang ditulisnya pula yang mendorong para mahasiswa dari berbagai negera di belahan bumi ini untuk berkunjung. Mereka berasal dari Australia, Thailand, Jerman, Perancis, Italia, Jepang, Belgia, serta rombongan Seminari Asia-Pasifik.
Meski tidak semua, sebagian karya itu kini disimpan rapi oleh Soesilo Toer di Pataba. Sebuah karya yang kebanyakan sudah sangat langka di pasaran, seperti Hoakkiau di Indonesia, Larasati, Cerita dari Digul, Cerita dari Blora, Sang Pemula, Percikan Revolusi, Perburuan, Bukan Pasar Malam, Korupsi, Cerita dari Jakarta, Memoar Oei Tjoe Tat, dan Sekali Peristiwa di Banten Selatan. ‘’Buku-buku karya Pram saya taruh di sebuah lemari tersendiri di dalam, khawatir kalau hilang,’’ katanya.
03 Juli 2011

0 comments:

Post a Comment