Pages

Monday, 13 February 2012

Sajak-sajak Faisal Syahreza Suara Pembaruan


http://suarapembaruan.com/News/2009/07/26/index.html

Puisi Faisal Syahreza


tentang ciuman itu


sering kali hujan
tak pernah
mengenangkan padamu.
bagaimana gigil daunan
dihunjam titik titik air
dari celah langit.

itulah bibirku, yang gemetar.
yang kini lepas
dari pagutan waktumu.


jakarta, 2009


pesta pernikahan

nyala mata kita,
ialah jalan menuju
perpisahan yang panjang.
lemparan bunga, atau
foto bersama. memeram luka
dan peristiwa. bersiaplah
tuhan, aku datang
mengajakmu berdansa.

anggur dan kue yang menganga.
mengujimu dengan setia.


hotel mulia-jakarta 2009


sebab engkau luka

tuhan, sebab engkau
menganga bagai luka
aku kuncup bunga
yang menoreh dasamuka
di semesta
yang buram di gelap
mata, matahari tak
pernah benar benar berjarak
dengan kita

hotel mulia-jakarta 2009


lemparan bunga

lewat lemparan bunga
aku intip wajahmu memerah, tuhan.
api apa yang sedang aku nyalakan?
keyakinan yang goyahkah,
karena kekayaan begitu menggairahkan
untuk kupersemayamkan
dalam keringat dan
tetes ibadah angan?

hotel mulia-jakarta 2009


pada sebuah pernikahan

tuhan, bolehkah
engkau kugantikan dengan
gedung gedung tinggi menjulang,
berkas berkas penggusuran, lampu
kristal dan putih punggung perempuan.
semua itu

menjalar dalam darah perkotaan
sampai aku pada muara pertikaian
antara iman, dan pernikahan
yang disalib anggur
dan sea food yang menawan
bagai anyir darah dari keningmu, tuhan?

senayan, 2009


mi ayam

aku dan engkau menikmatinya
senja itu. terasa mengulur perpisahan,
mengaduk aduk waktu.
kukulum minya seperti
menggulung perih. sebab aku tahu
kini engkau mungkin
menikmatinya dengan bibir
yang entah dicium oleh siapa.

namun kini sendirian, kurebus
nyeri. dan seakan mengembang
mi dalam tubuhku, helai
demi helai kasih sayang berlepasan.
dan ketika aku sadar, tak ada
lagi saus pedas, hanya ada darah
yang mengalirkan kedukaan yang panjang.
tak ada sendok garpu yang
mampu menggali kenangan indah itu.

semenjak aku kenali
hidup serupa semangkuk mi ayam, dengan
berkuah airmataku.

karangtengah, 2009

0 comments:

Post a Comment