Pages

Monday 13 February 2012

Puisi-puisi Dian Hardiana Suara Karya


Puisi-puisi
Dian Hardiana 

Sabtu, 22 September 2007

BENDERA KUNING

Serak gagak
takluk menawar maut
membawamu kembali.
Bendera kuning luluhkan pertemuan
langit memerah
melayu bunga yang rekah di dasar dada.
Air mata mengalir dari tepian tebing
hingga mata memutih
tulang ini terasa perih.

Aku harus merelakanmu lepas
menuju relung sunyi di bumi.
Kidung angin kuning
mengunci telinga
juga waktu para ziarah.
di atas rebah tanah.

Bendera kuning berkibar
mata ini kian gemetar.

                         Bandung, 2007

SITU LEMBANG

Danau diangkat cahaya
jadi kabut yang berebut.
Waktu bias di dingin daun
di batu kali tempat udang bersembunyi.
Sunyi diam-diam menikam
dari balik perahu
yang berlayar jauh ke bukit.

Aku tak kunjung menemu ruang
pada lengang pepohonan dan arus tualang.

                    Bandung, 2007

EPILOG DOA 1

Mungkin inilah waktu yang tepat untuk berkemas
negeri ini kini semakin cemas
lautnya berubah merah
tanahnya retak rebah.
Hujan begitu setia mengirim air mata
menjelma rukh* yang diam-diam
menasbihkan syair kesedihan
hingga damar di dada ini
redup kemudian padam.

Padahal aku belajar dari karang
memahami ketabahan
setelah berulangkali diterpa badai kehilangan.
Tapi segala luka kini menjadi serupa peta
terpahat di bumi, di langit, di setiap penjuru
mata angin
menziarahi rumah-rumah ibadah dengan darah
menjadikan air laut kian hari kian asin
tak sanggup menawar duka atau maut yang menjemput.

Duh Gusti, penuhilah mataku dengan pecahan cermin
hingga mampu meraba tajamnya angin
merindui cahaya tanpa harus berpangku haru
ketika ibu melulu remuk oleh amukmu.

                              Bandung, 2007

EPILOG DOA 2

Tiap kali menyulut matahari
selalu dada ini sesak berderak
tak mampu menahan hasrat berpaling
melupakan anak-anak negeri
lelap dalam gelap.

Bagaimana harus kukabarkan
hingga segala luka ruap di atas kaca
turun sebagai gerimis tua.

                  Bandung, 2007

BULAN 1

Bulan merah di ujung rumput
menunggumu aku ngelangut.
Malam seperti ini
dengung telvisi memanggil berkali-kali
mengoyak mata
memuja kata
meluka usia.

Bulan merah di gantung waktu
aku lebam di hantam cekam.

                         Bandung, 2007


0 comments:

Post a Comment